Penandatanganan Kerja Sama Staklim Aceh Besar dengan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

  • Rozar Putratama
  • 13 Sep 2019
Penandatanganan Kerja Sama Staklim Aceh Besar dengan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Banda Aceh - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stasiun Klimatologi Aceh Besar dan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Aceh, melakukan kerja sama dalam membuat dan menyediakan informasi kelautan melalui penyediaan "Display informasi meteorologi maritim".

Acara Penandatangan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang di inisiasi oleh Stasiun Klimatologi Aceh Besar ini dilaksanakan pada 11 September 2019, berlokasi di Desa Lambung, Banda Aceh. Acara yang di hadiri Oleh Kepala BI Perwakilan Aceh Bapak Zainal Arifin Lubis, Kepala Balai Besar MKKuG Wilayah I Medan Bapak Edison Kurniawan, Kepala Bidang Informasi Kualitas Udara, Rahmattulloh Adji, SP, Perwakilan Walikota Banda Aceh, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I - Medan, Koordinator BMKG Provinsi Aceh, Kepala UPT BMKG di Provinsi Aceh dan Kelompok Nelayan Binaan Bank Indonesia serta para nelayan dari Gp. Ulhee Lheue dan sekitarnya sebagai end user Display informasi meteorologi maritim.

Dalam Sambutannya Kepala Kantor Perwakilan BI Aceh Zainal Arifin Lubis mengatakan, "display informasi meteorologi maritim ini diperuntukkan bagi nelayan dalam melihat keadaan cuaca laut dan membuat keputusan berdasar data terbaru yang ditampilkan BMKG sebelum berangkat melaut. Kepala BI Aceh berharap, fasilitas Display Informasi ini dapat meningkatkan produktifitas nelayan".

Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Edison Kurniawan dalam sambutannya menyampaikan "kegiatan kerjasama BI Aceh dan BMKG ini baru pertama kali dilaksanakan di Provinsi Aceh, Beliau menyampaikan bahwa Display informasi maritim ini cukup strategis untuk menunjang aktivitas nelayan".

Lebih lanjut, "di samping itu data dari BMKG juga bisa bermanfaat bagi nelayan untuk menghindar dari bencana yang tidak diharapkan sebelum mulai melaut".

Selain itu Edison menambahkan, "saat ini perubahan iklim telah berpengaruh di semua sektor salah satunya adalah sektor maritim, akibat perubahan iklim salah satunya adalah meningkatnya kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di laut, sehingga informasi cuaca yang akurat dibutuhkan oleh masyarakat nelayan", ujarnya.

Display informasi meteorologi maritim ini, merupakan hasil kerjasama antara BI kantor perwakilan Aceh yang menyediakan menyediakan infrastruktur display, sedangkan dari pihak BMKG memberikan data update secara online informasi tinggi gelombang perairan sekitar Aceh, cuaca pelabuhan di Aceh dan Analisis Citra satelite.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • 127 km Tenggara KAB-MALANG-JATIM
  • tidak berpotensi TSUNAMI
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024