Penandatangan Perjanjian Kerja Sama BMKG dengan Pemerintah Daerah Kota Padang

  • Ayu Isrianti Putri
  • 11 Mar 2020
Penandatangan Perjanjian Kerja Sama BMKG dengan Pemerintah Daerah Kota Padang

Padang, 10 Maret 2020 - BMKG melakukan Penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan MoU (Memorandum of Understanding) dengan Pemerintah daerah Kota Padang. Penandatanganan MOU dan PKS ini dilakukan di Hotel Grand Mercure, Kota Padang pada pembukaan Kegiatan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) yang diselenggarakan oleh Balai Besar MKG Wilayah 1 Medan.

Pihak dari BMKG diwakili oleh Deputi Bidang Klimatologi, Herizal, M.Si dan Kepala Balai Besar MKG Wilayah 1 Medan, Edison Kurniawan, S.Si, M.Si dan Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kuto Tabang, Wandayantolis, S.Si, M.Si.

Turut Hadir pada kesempatan ini pula Bupati Lima Puluh Kota, yang diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Bapak dr. Adel Nofiarman beserta dengan jajarannya, Bupati Pasaman, yang diwakili oleh Asisten Pembangunan dan Perekonomian Kabupaten Pasaman, Bapak Ir. Yuspi, Walikota Payakumbuh, yang diwakili oleh Wakil Walikota, Payakumbuh, Bapak Erwin Yunas.

Penandatangan MoU dan PKS ini dibuat sebagai landasan kerja sama dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh melalui sinergisitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dalam bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.

Penandatangan Kerja Sama ini meliputi beberapa aspek, antara lain:

  • Penyediaan, pemanfaatan, dan penyebarluasan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
  • Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
  • Penelitian dan Pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
  • Dukungan penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika; dan
  • Kegiatan lain yang disepakati di bidang metreorologi, klimatologi, dan geofisika.

Penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) dilakukan antara BMKG Pusat dengan Pemda Kabupaten Limapuluh Kota, Pemda Kabupaten Pasaman dan Pemko Payakumbuh.

Sedangkan Penandatanganan PKS dilakukan antara Stasiun Pemantau Atmosfir Global (GAW) Bukit Kototabang dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Limapuluh Kota, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Pasamandan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kota Payakumbuh.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024