Pemerintah Jepang-Indonesia Lakukan Penguatan Pengurangan Dampak Risiko Bencana

  • Ibrahim
  • 21 Nov 2019
Pemerintah Jepang-Indonesia Lakukan Penguatan Pengurangan Dampak Risiko Bencana

Jakarta, Kamis, (21/11), Pemerintah Jepang melalui JICA bersama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melakukan serah terima secara simbolik Peralatan Hibah Bantuan Pemerintah Jepang melalui JICA dalam Proyek Peningkatan Kapasitas Peralatan dalam rangka Manajemen Risiko Bencana.

Turut hadir dalam acara penandatanganan ini adalah Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, Kepala Perwakilan Kantor JICA Indonesia, Shinichi Yamanaka, serta Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Dr. Eko Yulianto. Acara serah terima peralatan secara simbolik ini menandai telah selesainya program kegiatan yang telah dimulai sejak Tahun 2013 tersebut dengan baik.

Dwikorita Karnawati dalam sambutannya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Jepang atas proyek bantuan hibah JICA ini. "Saya sangat bersyukur karena proyek ini telah selesai dan berjalan dengan baik. Melalui proyek ini telah terpasang sejumlah peralatan diantaranya accelerometer, broadband seismograph, intensitymeter, dan sistem komunikasi satelit di kantor BMKG, LIPI, dan 93 lokasi lainnya." ungkapnya.

Sebagai tindak lanjut dari proyek bantuan hibah JICA ini, BMKG dan JICA telah sepakat untuk kembali bekerja sama dalam proyek Proyek Kerja Sama Teknik untuk Pengembangan Kapasitas Operasional Analisis dan Penyebarluasan Peringatan Gempabumi dan Tsunami" di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, telah dilakukan pula penandatanganan dokumen Records of Discussion Proyek Kerja Sama Teknik untuk Pengembangan Kapasitas Operasional Analisis dan Penyebarluasan Peringatan Gempabumi dan Tsunami di Indonesia, antara Pemerintah Jepang melalui JICA dan Pemerintah Republik Indonesia melalui BMKG, yang merupakan kelanjutan dari proyek bantuan hibah JICA dimaksud.

Kegiatan kerja sama ini merupakan bentuk komitmen kedua Negara untuk meningkatkan kapasitas dalam pengurangan resiko bencana dan penguatan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia.

Dwikorita berharap kerja sama tersebut dapat mempercepat Proses Modernisasi dan Lompatan Teknologi Sistem Pemantauan Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia, dalam rangka untuk peningkatan kecepatan dan akurasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami. "Kerja sama ini akan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya Indonesia, dalam mitigasi dan pengurangan dampak gempa bumi dan tsunami di Indonesia di masa mendatang." tuturnya.

Selanjutnya, sejumlah kegiatan telah direncanakan untuk dilakukan, seperti pelatihan mengenai peningkatan kapasitas pemeliharaan dan manajemen jaringan seismik, analisis dan penggunaan data seismik, perbaikan prosedur peringatan dini tsunami, dan prosedur diseminasi. Seluruh kegiatan tersebut akan dilakukan dengan melibatkan pakar dari Jepang.

Dwikorita juga menambahkan bahwa, upaya modernisasi ini dibarengi dengan upaya penguatan sistem sosial dan budaya yang merupakan ujung (hilir) dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami. BMKG terus berkomitmen untuk lebih menggalakkan sosialisasi dan edukasi kesiapan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam mengantisipasi gempa dan tsunami, serta meresponse secara tepat peringatan dini yang diberikan. Upaya tersebut dilakukan secara sinergis dengan BNPB, Pemerintah Daerah (BPPB), akademisi/ pakar, media dan berbagai pihak terkait.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024