Pembekalan 249 CPNS BMKG Lulusan D-IV STMKG 2019

  • Ibrahim
  • 19 Des 2019
Pembekalan 249 CPNS BMKG Lulusan D-IV STMKG 2019

Jakarta - Setelah dinyatakan lulus pada bulan Oktober lalu, Sebanyak 249 orang Lulusan D-IV dari Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika melaksanakan proses pembekalan yang diselenggarakan oleh Biro Umum dan SDM BMKG di Auditorium BMKG Pusat pada Rabu, (19/12/2019). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada para CPNS sebelum menuju unit kerja masing-masing.

Acara pembekalan ini diawali dengan laporan dari Kepala Biro Umum dan SDM, Drs. Yusuf Supriyadi, MT. Beliau menyampaikan bahwa para CPNS tersebut mengemban tugas sebagai PMG Ahli Pertama sesuai dengan bidang jurusan yang diambil semasa kuliah di STMKG. Penetapan Formasi CPNS Lulusan Kedinasan pada tahun 2019 ini menitikberatkan pada pemerataan SDM PMG Ahli. Dari 249 orang, kurang dari 50 orang yang ditempatkan di Kantor pusat/ Pulau Jawa, sebagian besar disebar diseluruh Stasiun dan Kantor Balai Besar.

Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D dalam sambutannya menekankan bahwa para CPNS tersebut ditempatkan di seluruh UPT-UPT BMKG di Indonesia untuk mendukung layanan info BMKG yang semakin handal dan terpercaya.

Beliau mengatakan, "Tidak perlu risau saudara ditempatkan dimanapun, saudara mempunyai kesempatan yang sama untuk berkarir dan berprestasi di BMKG. BMKG telah membuka kesempatan yang luas kepada SDM-SDM BMKG untuk melanjutkan studi baik di dalam negeri maupun luar negeri dengan fasilitas beasiswa".

"Banyak kegiatan pengembangan kapasitas SDM yang telah disiapkan. Termasuk regulasi, peraturan-peraturan untuk mempercepat studi telah diperbaiki. Jadi saudara tidak perlu risau, nikmati, terus bekerja dan berinovasilah di tempat tugas barunya dimanapun berada". Ujar Dwikorita.

Menutup sambutannya, Dwikorita berpesan bahwa para CPNS harus bisa mewujudkan Profil Smart ASN yaitu: integritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, berjiwa hospitality, berjiwa entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas. Agar menjadi digital talent dan digital leader BMKG masa depan. Lalu mewujudkan Birokrasi 4.0 yang berdampak sosial yaitu dengan 4 indikator: percepatanan layanan, efisiensi layanan, akurasi layanan, dan fleksibilitas kerja. Kemudian yang terakhir mulailah dengan niat yang ikhlas untuk mengabdi kepada negara.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pembekalan dari masing-masing kedeputian. Pertama disampaikan oleh Deputi Bidang Meteorologi, Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo, M.Sc. Lalu dilanjutkan oleh Deputi Bidang Geofisika, Dr. Ir. Muhamad Sadly, M.Eng., kemudian oleh Deputi Bidang Klimatologi, Drs. Herizal, M.Si. Kegiatan pembekalan ini diakhir paparan dari Dr. Widada Sulistya, DEA., selaku Deputi Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024