Pelatihan Teknis Meteorologi Penerbangan

  • Rachmat Hidayat
  • 19 Feb 2020
Pelatihan Teknis Meteorologi Penerbangan

Bogor - Salah satu target dari ASBU-GANP (Aviation Safety Block Upgrades-Global Air Navigation Plan 2013-2028) adalah integrasi antara penyedia layanan Meteorologi Penerbangan dengan penyedia layanan navigasi udara (ATM) atau biasa disebut MET-ATM Integration, capaian ini ditargetkan ditahun 2023 telah terintegrasi secara penuh dan integrasi MET-ATM merupakan salah satu bagian dari Air Traffic Flow Management (ATFM), sedangkan Indonesia berada di level 3 impelementasi ATFM dibawah negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Australia.

Salah satu komponen yang sangat dibutuhkan untuk implementasi ATFM untuk program penyediaan layanan penerbangan yang lebih efisian adalah layanan informasi meteorologi penerbangan harus didukung dengan tenaga yang kompeten dibidangnya. Oleh karena itu Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG menyelenggarakan Pelatihan Teknis Meteorologi Penerbangan yang dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang Meteorologi Drs. Rahadi Mulyono Prabowo, MSc di Gedung Pusdiklat Citeko Bogor, Selasa (18/2).

Sebanyak 32 Personil BMKG baik Pusat dan UPT Daerah yang bertugas di Bandara mengikuti pelatihan yang berlangsung dari tanggal 17- 22 Februari 2020. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada para personel meteorologi penerbangan di bandara dalam mendukung kelancaran dan keselamatan operasi penerbangan melalui pemberian Forecast yang berbasis dampak yang sesuai dengan prinsip utama ATFM.

Sasaran Pelatihan ini diharapkan peserta mampu memahami implementasi ATFM/CDM di Indonesia; Memahami regulasi meteorologi penerbangan untuk implementasi ATFM/CDM di BMKG; Mampu menjelaskan Turbulence Modelling and Cb Clouds Growth Forecasting; mampu menjelaskan Tailored MET information and services to support ATM operations; mampu menjelaskan Aviation Hazard, Turbulance, Ash Dispersion Modelling; dan mampu menjelaskan Aerodrome warning dan Wind Shear Warning.

Pelatihan Teknis Meteorologi Penerbangan mencakup dua agenda yaitu sosiokultural dan teknis dengan jumlah jam pelajaran 50 JP terdiri dari sosiokultural 10 JP dan Teknis 40 JP

"Saya berharap kepada para peserta pelatihan, sekembalinya mengikuti pelatihan ke UPT masing-masing dapat sharing pengetahuan dengan rekan-rekan yang belum sempat mengikuti pelatihan sehingga sama-sama dapat memahami," ujar Prabowo dalam arahannya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024