Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim

  • Rachmat Hidayat
  • 27 Mar 2019
Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim

Citeko Bogor - Selasa (26/3), Wilayah Indonesia yang sebagian besar meliputi perairan laut, 62 % merupakan wilayah di permukaan bumi yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Peran penting lautan tercermin melalui berbagai aktivitas yang besar pengaruhnya bagi manusia seperti perikanan, transportasi, budidaya laut, dan pariwisata. Hal ini di sampaikan Deputi Bidang Meteorologi Drs. Mulyono Rahadi Prabowo, MSc saat membuka Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim Tahun 2019 di Gedung Serbaguna Citeko.

Sektor tersebut memberikan pengaruh signifikan bagi perekonomian dan keamanaan negara. Urgensi laut bagi kehidupan manusia inilah yang mendorong berbagai pihak untuk terus memberi perhatian, namun kondisi ini belum diimbangi atau didukung oleh adanya informasi meteorologi maritim yang memadai. Untuk itu perlu dilakukan integrase dan penggalian potensi yang terpadu, papar Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo mengatakan melalui pelatihan inilah diharapkan dapat membekali prakirawan meteorologi maritim dalam memahami fenomena meteorologi - oseanografi, serta perkembangan teknologi observasi dan pemodelan oseanografi untuk mendukung tugas prakirawan dalam penyiapan informasi meteorologi maritim yang sesuai standar regulasi internasional WMO No. 558 yang mengatur segala akitivitas dan pedoman dalam melakukan pelayanan meteorologi maritim.

Prabowo menambahkan, Pelatihan Teknis Meteorologi Maritim Tahun 2019 terselenggara atas kerjasama Pusat Meteorologi Maritim bersama Pusdiklat BMKG bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas prakirawan dalam memahami fenomena meteorologi - oseanografi. Sasaran dari pelatihan ini antara lain agar mampu memberikan informasi cuaca dan laut, kalibrasi dan sertifikasi perlengkapan pengamatan cuaca dan kapal, serta dapat memberikan Bimtek kepada awak kapal untuk menunjang masukan data meteorologi.

Sebanyak 30 peserta dari Pusat dan UPT BMKG Daerah yang bertugas di stasiun meteorologi maritim mengikuti Pelatihan Teknis selama 6 hari kedepan dari tanggal 26-31 Maret 2019 dengan kurikulum pembelajaran sebanyak 64 Jam Pembelajaran (JP) yang terbagi menjadi 9 JP untuk agenda sosiokultural dan 45 JP untuk Agenda Teknis.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024