Pelatihan Pemrograman Phyton Tingkat Dasar

  • Rachmat Hidayat
  • 07 Mar 2023
Pelatihan Pemrograman Phyton Tingkat Dasar

Bogor - Selasa (7/3), Deputi Bidang Inskalrekjarkom BMKG Muhamad Sadly membuka secara resmi Pelatihan Pemrograman Phyton Tingkat Dasar yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Dan Pelatihan BMKG di gedung Serbaguna Citeko.

Tujuan Pelaksanaan Pelatihan Teknis Pemograman Python adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dalam mengaplikasikan pemrograman dasar python dalam pengelolaan dan pengolahan data di unit kerja masing -masing.

"Saat ini Kita sedang berada pada era revolusi 4.0 dan dan society 5.0 yang merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industry, dimana proses produksi berjalan dengan peran teknologi informasi, jadi industrialisasi perangkat mulai menyentuh dunia virtual berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah dikenal dimana mana yang kita kenal dengan internet of thing (IoT)", papar Muhamad Sadly dalam sambutannya.

Melihat konsep yang dikeluarkan oleh federasi bisnis jepang bagaimana manusia sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan dengan hal-hal yang tradisional sehingga mereka sudah memasuki era society 5.0 yang bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik, integrasi itu dilakukan untuk membuat semua hal lebih mudah, Sambungnya.

Berdasarkan UU No 31 tahun 2009 tentang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (MKG) menyatakan bahwa tugas Pemerintah di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika dengan proses bisnis utama meliputi pengamatan, pengolahan dan analisis data serta pelayanan data dan informasi MKG membutuhkan peran teknologi informasi dan komunikasi (ICT), maupun diseminasi informasi, karena luas nya wilayah Indonesia dan kebutuhan proses yang cepat dan akurat.

"sebagai insan BMKG harus memiliki kemampuan dalam proses transformasi digital, untuk itu Big Data, Artificial Intelligence dan IoT yang mana sekarang bisa berperan besar dalam proses produksi informasi dan tentu akan menambah nilai tambah berupa informasi yang semakin tepat cepat, akurat, mudah dipahami dan luas jangkauannya", tegasnya.

Sehingga bidang tugas BMKG yang kompleks tersebut berkaitan erat dengan keberhasilan pembangunan nasional maka kebutuhan SDM yang menguasai teknologi informasi (ICT) sangat mutlak diperlukan salah satunya dengan menguasai bidang pemrograman aplikasi atau dikenal dengan software engineer/perekayasa perangkat lunak. maka dengan itu pelatihan teknis pemrograman Python tingkat dasar ini menerapkan sistem 70:20:10 yaitu project base learning, dimana selain pembelajaran di kelas, peserta wajib mengerjakan project terkait use case di unit kerja masing-masing, tutup Muhamad Sadly,

Adapun Sasaran penyelenggaraan Pelatihan Teknis Pemograman Python adalah meningkatkan kompetensi pegawai dibidang pengelolaan dan pengolahan data agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional, yang diindikasikan dengan kemampuan, Melakukan instalasi program python; Menjelaskan lingkungan kerja (IDE) program Python; Menerapkan struktur kontrol pada Python; Menggunakan data dengan struktur array; Melakukan input/output file; dan Menggunakan dan menerapkan library popular.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • 127 km Tenggara KAB-MALANG-JATIM
  • tidak berpotensi TSUNAMI
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024