Partisipasi BMKG pada Ekspedisi Jala Citra 3 - Laut Flores 2023

  • HB Risya
  • 05 Mei 2023
Partisipasi BMKG pada Ekspedisi Jala Citra 3 - Laut Flores 2023

Jakarta (24/03) - BMKG, melalui Pusat Meteorologi Maritim (Pusmetmar) dan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) mengirimkan perwakilan sebagai peneliti untuk mengikuti Ekspedisi Jala Citra 3 Laut Flores. Dalam hal ini, peneliti dari Pusmetmar diwakili oleh Suwignyo Prasetyo, sedangkan dari STMKG diwakili oleh Hasti Amrih Rejeki.

Ekspedisi Jala Citra merupakan event berlayar tahunan yang diselenggarakan oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) - TNI AL. Ekspedisi Jala Citra 3 Laut Flores 2023 mengambil tema "Ungkap fitur lantai Samudra serta karakteristik kolom air Laut Flores guna keselamatan pelayaran, pertahanan dan pembangunan kelautan berkelanjutan". Dilaksanakan selama kurang lebih 60 hari menggunakan KRI Spica-934 dibawah Komando Komandan KRI Spica-934 Letkol Laut (P) Deirus Rizki Khair sebagai Komandan Satuan Tugas (Dansatgas).

Ekspedisi dibagi menjadi beberapa etape. Perwakilan dari BMKG mengikuti pelayaran pada etape 2 yang dilaksanakan pada tanggal 13 April hingga 23 April 2023, dengan rute dari Pelabuhan Murhum Bau Bau menuju Perairan Pulau Kisar dan kembali berlabuh di Pelabuhan Murhum Bau Bau. Yang menarik dari rute etape 2 Jala Citra 3 adalah pelaksanaan pengamatan gerhana pertama di tengah laut di titik lintasan gerhana matahari total di sekitar Perairan Pulau Kisar serta shalat idul fitri yang juga dilaksanakan saat kapal berlayar.

Penelitian yang diambil difokuskan pada studi interaksi laut-atmosfer serta verifikasi prediksi cuaca maritim di Laut Flores. Oleh karena itu, dalam rute pelayarannya, tim peneliti BMKG melakukan observasi meteorologi laut yang dilakukan rutin tiap tiga jam atau 8 kali per hari. Selain itu, BMKG juga melepas instrumen drifter dan floats di tengah rute pelayaran untuk observasi data oseanografi. Dengan demikian, data yang diperoleh dari ekspedisi ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian hingga implementasi secara operasional.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Eko Prasetyo menyatakan bahwa verifikasi prediksi cuaca maritim di perairan Flores sebagai upayakan meningkatkan akurasi prediksi cuaca maritim di perairan tersebut. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi langkah maju BMKG dan Pushidrosal untuk menjaga keselamatan dan keamanan maritim di bidang transportasi laut.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024