Panen Raya SLI Tahap 3 Provinsi Bali

  • Dwi Rini
  • 26 Okt 2017
Panen Raya SLI Tahap 3 Provinsi Bali

Tabanan, Rabu (25/10), tepatnya di Wilayah Subak Soka, Kecamatan Selemadeg, Tabanan telah dilaksanakan Panen Raya Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap III tahun 2017, yang diselenggarakan oleh Stasiun Klimatologi Jembrana.

Panen Raya ini dihadiri oleh Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG Pusat Jakarta Bapak Marjuki, M.Si, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar Bapak Drs. Mohamad Taufik Gunawan, Dipl.SEIS, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Tabanan Bapak Ir. I Nyoman Budana, serta seluruh peserta SLI Tahap III yaitu Kelompok Tani dari Subak Soka.

Kegiatan ini diawali dengan laporan Pelaksanaan Kegiatan SLI Tahap III oleh Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana, Bapak Rakhmat Prasetya, SP, M.Si. Dalam Laporan Pelaksanaan tersebut disampaikan bahwa kegiatan SLI Tahap III dilaksanakan selama satu musim tanam (10 Juli s.d 25 Oktober 2017) dengan 25 orang peserta Subak di Kelurahan Subak Soka. Peserta dinilai dapat mengikuti dengan baik seluruh materi yang disampaikan oleh para pemandu dari BMKG, PPL dan POPT.

Kegiatan dilanjutkan dengan uraian dari Kepala BPS Tabanan yang memaparkan tentang hasil panen SLI tahap 3, dimana ada sedikit peningkatan hasil dibandingkan dengan lahan sawah lain disekitar lokasi. Hasil Produksi Padi rata-rata di Kecamatan Selemadeg pada saat musim tanam ini adalah 7.2 ton per hektar (sumber:BP3K Tabanan), sedangkan hasil produksi pada SLI Tahap III Provinsi Bali mencapai 8.6 ton per hektar (metode tanam Jajar Legowo) dan dibandingkan metode tanam Tradisional yang menghasilkan 7,9 ton gabah kering per hektarnya.

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Tabanan sangat mengapresiasi kegiatan Sekolah Lapang Iklim yang diadakan oleh BMKG. Beliau juga berpesan kepada para petani agar dapat melanjutkan segala hal yang didapat dari para pemandu dalam SLI ini untuk kegiatan pertanian, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian.

Kegiatan SLI tahap 3 Provinsi Bali tahun 2017 ini kemudian ditutup oleh Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar. Dalam sambutannya, Beliau mengapresiasi kegiatan SLI yang telah dilaksanakan. Beliau juga berpesan kepada para petani/peserta agar dapat berbagi ilmu yang didapat di SLI ini kepada petani lain yang kebetulan tidak ikut serta dalam kegiatan kali ini. Dalam kegiatan Panen raya ini juga dihadiri oleh Kepala UPT BMKG Se-Provinsi Bali, Kepala BPTPH Provinsi Bali, Kepala BPTP Provinsi Bali, Camat Selemadeg, Camat Selemadeg Barat, Koordinator BPP Selemadeg. Kegiatan diakhiri dengan foto bersama antara undangan dan peserta SLI serta panen secara simbolis oleh para tamu undangan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024