National Climate User Forum (NCUF), Prakiraan Musim Hujan Tahun 2021/2022

  • HB Risya
  • 30 Agu 2021
National Climate User Forum (NCUF), Prakiraan Musim Hujan Tahun 2021/2022

Jakarta - Kedeputian Klimatologi BMKG menggelar "National Climate User Forum" (NCUF) Tahun 2021 yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (27/8). Forum tersebut dihadiri para stakeholders lintas kementerian dan lembaga, termasuk para pakar iklim berkompeten. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman para pengguna informasi iklim dari Buku Informasi Prakiraan Musim Hujan 2021/2022 yang akan diluncurkan sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk perencanaan kegiatan sektoral secara optimal, menilik betapa pentingnya sinergitas antar lembaga untuk antisipasi potensi dampak negatif yang ditimbulkan dari perubahan iklim dan musim hujan.

Iklim tidak hanya terkait dengan pertanian saja tetapi juga dapat menjadi bahan pertimbangan mitigasi terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, selain itu, info iklim digunakan pemerintah untuk mengantisipasi penanggulangan penyakit musiman tertentu. Dalam hal ini BMKG terus menginformasikan kepada masyarakat terkait prakiraan iklim, termasuk kepada para petani di Indonesia. BMKG juga sangat terbuka dengan inovasi-inovasi yang dapat membuat informasi iklim bisa disampaikan dengan efektif, efisien dan "real time".

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Plt. Deputi Klimatologi BMKG Dr. Urip Haryoko, dalam sambutannya Urip menyampaikan bahwa awal musim hujan tahun 2021/2022 di Indonesia beragam secara spasial dan temporal, dimulai sejak bulan September 2021, kemudian pada masa peralihan musim, masyarakat dan pemangku kepentingan dihimbau untuk waspada terhadap potensi kejadian iklim dan cuaca ekstrem, para pemangku kepentingan dapat lebih mengoptimalkan penyimpanan air pada periode akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan

Dalam Kegiatan NCUF Prospek Prakiraan Musim Hujan tahun 2021/2022 ini turut berpartisipasi para pembicara dari internal BMKG, serta dari Direktorat Kesiapsiagaan BNPB, Kementerian PUPR, Direktorat Tanaman Pangan dan Hortikultura Kementerian Pertanian, serta Kemenkoekuin dan hadir pula pembahas antara lain Drs. Herizal, M.Si (Penasihat Kepala BMKG), Dr. Andi Eka Sakya (BPPT/BRIN), dan Ahmad Arif (Kompas), yang menghasilkan output kegiatan yang disebut Rekomendasi NCUF.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024