MOU BMKG - SKK MIGAS

  • Rozar Putratama
  • 31 Mei 2017
MOU BMKG - SKK MIGAS

Jakarta - Rabu (31/5) Dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, khususnya kegiatan survey pengeboran lifting dan offshore project di seluruh wilayah kerja Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKS) produksi dibutuhkan data Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang akurat guna mendukung kelancaran kegiatan operasional dan lifting tersebut.

Dalam mendukung kegiatan tersebut, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan penandatanganan kerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Kantor SKK Migas, Gedung City Plaza.

Maksud dari kegiatan penandatanganan MOU ini antara lain sebagai pedoman dalam untuk mengimplementasikan kesepakatan dalam pembuatan perjanjian kerjasama yang mengatur mengenai penyediaan, pemanfaatan, pengembangan dan pelayanan informasi data MKG dalam rangka pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.

Tujuan dari kegiatan penandatanganan kegiatan ini adalah untuk mewujudkan kemandirian dan daya saing industri hulu migas nasional melalui kerjasama pemanfaatan layanan jasa informasi MKG, serta meningkatkan kualitas pelaksana tugas dan fungsi para pihak sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Penandatanganan kerjasama antara kedua belah pihak ini mencakup 4 ruang lingkup yakni;

  • Penyediaan dan pemasangan saranan dan prasarana peralatan observasi laut, meliputi sensor arah dan kecepatan angin, suhu udara, tekanan udara, curah hujan suhu muka laut, arah dan kecepatan arus permukaan laut serta tinggi gelombang pada instalasi migas lepas pantai SKK Migas.
  • Penyediaan, pemanfaatan, pengembangan dan pelayanan informasi data MKG dalam rangka pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
  • Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
  • Serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dianggap perlu dalam mendukung tugas pokok dan fungsi para pihak

Kegiatan penandatangan yang dilakukan di sela-sela Town Hall Meeting Manajemen SKK Migas ini, dilakukan oleh Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi selaku pihak pertama dan Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng selaku pihak kedua.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024