Menuju Teknologi Inovasi MKG

  • Murni Kemala Dewi
  • 24 Nov 2017
Menuju Teknologi Inovasi MKG

Tokyo- Disela pertemuan Science Agora 2017, Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D melakukan kunjungan ke lokasi pabrik Meisei Electronic Co. Ltd. Kunjungan ini diterima oleh Presiden Meisei Electronic Co., Ltd., Mr. Naruto Takata. Meisei adalah salah satu perusahaan elektronik Jepang yang membuat peralatan observasi cuaca dan gempa seperti radiosonde, seismometer, sistem pemantauan tsunami, serta peralatan kontrol dan pengamatan yang dipasang pada satelit. Meisei sangat erat kaitannya dengan bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) dan sudah lebih dari 20 tahun mendukung pengamatan dasar cuaca di BMKG.

Dalam pengantarnya Presiden Meisei menyampaikan ucapan selamat kepada Prof. Dwikorita yang telah dilantik sebagai Kepala BMKG dan berterima kasih serta merasa sangat terhormat menerima kunjungan dalam periode awal kepemimpinan Prof. Dwikorita.

Kepala BMKG menyampaikan bahwa Indonesia saat ini telah sedang membangun menjadi poros maritim dunia, sehingga BMKG sangat perlu meningkatkan teknologi inovasi di bidang MKG untuk mendukung perwujudannya dengan meningkatkan kualitas dan akurasi layanan BMKG. Menuju capaian teknologi inovasi tersebut, mempertimbangkan terobosan Meisei dalam inovasi alat pengamatan meteorologi, seperti IMS-100, transmitter teringan di dunia (38 gram), Kepala BMKG memandang perlu adanya internship program BMKG-Meisei bagi para pegawai muda BMKG untuk bisa magang di departemen Research and Development Meisei. Program internship ini akan memberikan wahana learning by practicing dalam mendorong pengenalan dan penciptaan berbagai produk dan layanan inovatif di bidang MKG. Usulan Kepala BMKG ini langsung disambut baik oleh Presiden Meisei, dengan harapan program tersebut bisa segera dilaksanakan dalam waktu dekat di awal tahun 2018.

Meisei saat ini merupakan salah satu perusahaan di bawah IHI (Ishikawajima-Harima Heavy Industries Co. Ltd.) dan mempunyai motto "from Underwater to Outerspace". Peran IHI sebagai perusahaan besar kapal, pesawat terbang dan bahkan roket serta alat berat lainnya, memungkinkan Meisei ikut aktif dalam pengembangan peralatan pengamatan angkasa luar, seperti antara lain konsentrasi ozon, netron, CO2, selain pengamatan permukaan terkait dengan pengamatan cuaca.

Pada kesempatan kunjungan tersebut, Kepala BMKG berkesempatan melihat proses pabrikas transmitter teringan di dunia IMS-100, mulai dari pembuatan kalibrasi sensor suhu, kelembaban, pendata-base-an semua produk yang setiap seri prosesnya bisa menghasilkan 200. Selain itu, Kepala BMKG juga melihat secara langsung implementasi POTEKA (POint TEnki KAnsoku, AWS dalam skala lebih kecil) dengan jangkaun maksimum 5 km. Peralatan POTEKA telah diimplementasikan untuk pengamatan cuaca dan terpasang 398 di sekitar Tokyo dan digunakan untuk melakukan pengamatan cuaca seperti halnya AWS. Mekanisme pengumpulan data yang dilakukan oleh Meisei terhadap jejaring POTEKA ini memungkinkan JMA memberikan kepada beberapa pegawai Meisei sebagai certified forecaster.

Salah satu program yang saat ini dilakukan oleh Meisei adalah pabrikasi peralatan gempa dalam rangka hibah dari Jepang ke Indonesia melalui JICA dan akan menjadi bagian peralatan InaTEWS. Peralatan tersebut antara lain: strong motion seismograph 93 set, seismic intensity meter 200 set, dan broadband seismograph 20 set. Peralatan ini secara customized telah diadjust untuk nantinya dapat memberikan informasi MMI berdasarkan skala yang telah ditetapkan oleh BMKG selama ini. Pada pertemuan ini, Kepala BMKG juga mendapat kesempatan untuk melihat langsung proses manufaktur di pabrik Meisei, serta melihat langsung peralatan-peralatan yang sedang dalam proses pengepakan untuk dikirim ke BMKG.

Kepala BMKG juga berkesempatan melihat secara langsung peralatan seismic sensor yang secara langsung memberikan informasi intensitas getaran dalam satuan GAL, yang akan mempercepat pengolahan magnitudo gempa. Dengan peralatan ini, informasi perhitungan kegempaan akan semakin cepat. Ditunjukkan pula, sebuah miniatur sistem transportasi kereta cepat yang diintegrasikan dengan sistem monitoring kegempaan. Alat tersebut memonitor gelombang primer yang mendahului secondary wave dan terpasang pada sistem KA Cepat dan akan menghentikan seluruh operasi KA Cepat atau lift di gedung tinggi, sesaat sebelum gempa terasa.

Kepala BMKG beharap Meisei segera mengirimkan mission team-nya ke BMKG untuk mewujudkan program-program, selain internship juga kemungkinan realisasi uji-coba POTEKA di Indonesia, serta penjajagan kerjasama untuk health monitoring structure, sehingga BMKG dapat menuju teknologi inovasi seperti yang telah dicapai oleh Meisei, seiring dengan tuntutan teknologi yang akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Ikut serta dalam pertemuan tersebut Presiden RA V WMO Dr. Andi Eka Sakya, yang juga Ketua ICG/IOTWMS, IOC/UNESCO.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024