Memperingati 68 Tahun, Dies Natalis STMKG sebagai Ajang Refleksi dan Transformasi SDM BMKG

  • Kholis Nur Cahyo
  • 24 Sep 2023
Memperingati 68 Tahun, Dies Natalis STMKG sebagai Ajang Refleksi dan Transformasi SDM BMKG

Jakarta, 24 September 2023 - Dwi Budi Sutrisno, Sekretaris Utama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), membuka perayaan puncak Dies Natalis ke-68 Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG) pada hari Sabtu, (23/9).

Dwi Budi Sutrisno juga menyoroti pentingnya peran BMKG dalam menyediakan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang sangat dinantikan oleh masyarakat. Hal ini tercermin dalam jumlah pengikut yang signifikan di akun Instagram resmi BMKG, yang saat ini mencapai lebih dari delapan juta pengikut. Namun, ia menekankan bahwa kepercayaan ini harus didukung oleh pelayanan informasi yang akurat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan oleh seluruh anggota BMKG.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di STMKG, BMKG sedang mengambil langkah untuk membangun fasilitas baru, termasuk pembangunan gedung yang akan menjadi tempat proses belajar mengajar. Ini diharapkan dapat memberikan sarana yang lebih baik bagi taruna-taruni STMKG untuk menyerap pengetahuan yang diberikan oleh dosen, yang nantinya dapat diterapkan dalam dunia kerja.

Sementara itu, Suko Prayitno Adhi, selaku Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua STMKG, mengatakan bahwa acara ini merupakan media yang bertujuan untuk mengumpulkan taruna dan taruni guna saling berbagi pengalaman yang mereka peroleh selama proses pembelajaran di STMKG serta dalam perjalanan mereka ke dunia kerja.

"Hal ini sekaligus memperlihatkan rasa persatuan dan kesatuan sebagaimana bagian dari empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika," ungkapnya.

Perayaan puncak tersebut, hadir Deputi BMKG dan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, yang memulai acara dengan gerak jalan bersama. Taruna dan taruni STMKG turut menyemarakkan acara dengan penampilan seperti tari persembahan, paduan suara, marching band, berbagai atraksi organisasi, dan juga menampilkan pameran budaya dari berbagai daerah di Indonesia beserta karya seni dari taruna dan taruni.

Dwi Budi Sutrisno juga menambahkan harapannya agar taruna dan taruni STMKG di masa depan tidak hanya berkolaborasi dengan BMKG tetapi juga dengan pemerintah daerah dalam hal memberikan informasi atau menganalisis risiko kebencanaan di Indonesia. (Ris)

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024