Masuki Tahap Wawancara, Seleksi Masuk STMKG Makin Ketat

  • Hatif Thirafi
  • 10 Sep 2021
Masuki Tahap Wawancara, Seleksi Masuk STMKG Makin Ketat

Yogyakarta (10/9) - Seleksi Penerimaan Taruna Baru Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) tahun 2021 telah sampai pada tahapan tes kebugaran dan wawancara.

Ketua STMKG I Nyoman Sukanta menyebut sebanyak 552 berhasil lolos dari tahapan sebelumnya dan berhak mengikuti tes kebugaran dan wawancara. Pelaksanaan tes dilangsungkan di STMKG dan UPT BMKG daerah yang telah ditunjuk.

"Dari 845 peserta yang mengikuti tahapan SKB kemarin, 552 berhasil lolos dan berhak mengikuti tahapan wawancara ini. Selain itu peserta juga masih harus mengikuti tahapan tes kebugaran dan selanjutnya tes kesehatan sebelum pengumuman final," jelas Nyoman.

Lebih lanjut, Nyoman mengatakan nantinya hanya 265 orang yang akan diterima sebagai taruna STMKG, yang terdiri dari penerimaan reguler dan afirmasi.

"Selain penerimaan reguler, STMKG juga menerima afirmasi dari Papua dan Papua Barat sebanyak 15 orang, kemudian juga afirmasi dari daerah 3T sebanyak 12 orang," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta seluruh peserta seleksi untuk benar-benar mempersiapkan diri mengikuti rangkaian tes yang masih cukup panjang. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada tersebut menyebut bahwa persaingan untuk masuk STMKG super ketat. Dari sekitar 11 ribu lebih orang yang mendaftar, hanya akan ada 265 orang yang diterima.

"Artinya 1 kursi diperebutkan sekitar 50 orang. Kami menggunakan sistem gugur di setiap tahapan seleksi. Saat ini peserta seleksi hanya menyisakan 552 orang," imbuhnya.

Dwikorita membeberkan, ketatnya seleksi masuk STMKG ini bukan tanpa alasan. Para taruna, kata dia, dituntut untuk menguasai matematika, fisika, dan bahasa inggris yang notabene hal tersebut menjadi modal utama saat bekerja di BMKG.

Dengan modal itulah, kata dia, BMKG bisa memberikan data, informasi, dan layanan meteorologi, klimatologi, dan geofisika secara cepat, tepat, akurat dan mudah dipahami.Terlebih di era disrupsi seperti saat ini, arus informasi yang lalu lalang begitu sangat cepat.

"BMKG ingin mereka yang masuk STMKG adalah bibit-bibit unggul yang sigap dan siap tempur menjaga serta melindungi republik ini, dengan senjata ilmu pengetahuan dan teknologi, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote," tegasnya

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024