Litbang Webinar Series#1 (LWS#1)

  • Rozar Putratama
  • 09 Jul 2020
Litbang Webinar Series#1 (LWS#1)

Jakarta - Rabu (8/7) Puslitbang BMKG kembali mengadakan Seminar Ilmiah Bulanan yang dilaksanakan secara virtual dengan nama Litbang Webinar Series #1 (LWS#1). Acara ini mengambil tema: "Tahukah kalian?...Empat kajian ini mampu meningkatkan kualitas informasi gempabumi dan tsunami loh.".

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM operasional geofisika, baik yang bertugas di pusat maupun di Unit Pelaksana Teknis (UPT) daerah, sehingga didapatkan pengetahuan dan pandangan yang baru yang bisa diterapkan oleh BMKG sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja monitoring dan mitigasi gempabumi dan tsunami di Indonesia
LWS#1 diawali dengan pengantar dari Kapuslitbang yang menyatakan bahwa kegiatan webinar ini diharapkan menjadi jembatan antara Puslitbang dan Operasional supaya tidak ada jarak dan saling mendukung.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami juga memberikan sambutan dan menyampaikan bahwa BMKG menargetkan pemasangan sensor gempabumi yang masif untuk keperluan pembuatan skenario modeling gempabumi.

Selanjutnya akan dapat dilakukan klaster-klaster untuk modelling tsunami yang akan validasi oleh puslitbang dan operasional. Jika sudah dinyatakan valid, scenario modeling ini dapat dioperasionalkan.

Acara LWS#1 dibuka secara resmi oleh Deputi Geofisika, Dr Muhamad Sadly. Dalam sambutannya beliau mengapresiasi kegiatan seminar ini dan menyampaikan bahwa walaupun kegiatan ini dikhususkan untuk internal BMKG namun banyak dari pihak eksternal BMKG yang juga ingin ikut serta dalam kegiatan tersebut sehingga beliau berharap kegiatan seminar berikutnya dapat dibuka untuk umum dan berharap dengan adanya seminar ini dapat menambah wawasan dari peserta webinar terkait empat kajian yang mampu meningkatkan kualitas informasi gempabumi dan tsunami.

Target peserta dari LWS#1 adalah SDM operasional geofisika baik yang ada Kedeputian Geofisika, Balai Besar Wilayah MKG BMKG I-V, UPT Stasiun Geofisika daerah, dan UPT Stasiun Meteorologi dan Stasiun Klimatologi yang ada di daerah yang rawan kejadian gempabumi. Acara webinar ilmiah ini ternyata sangat antusias diikuti oleh peserta karena tercatat 1052 peserta yang mendaftar secara online.

LWS#1 dimoderatori oleh Dr Muzli (Peneliti Madya BMKG) dan menghadirkan 4 pembicara yang terdiri dari:

  • Prof. Sri Widiyantoro (KK Geofisika Global ITB), topik: Seismic Gap di Selatan Jawa, yang membahas tentang potensi tsunamigenic earthquake di selatan Jawa yang dimana terdapat wilayah-wilayah yang belum terjadi pelepasan energi
  • Dr. Jaya Murjaya (Puslitbang BMKG), topik: Active Faults Assessment For Earthquake Mitigation, yang membahas tentang estimasi rata-rata periode perulangan gempabumi yang kemungkinan terjadi di Sesar Lembang, Sesar Ciremai, Sesar Palu Koro, Sesar Matano, dan Sesar Gorontalo.
  • Dr. Supriyanto Rohadi (Puslitbang BMKG), topik: Kualitas Data, Noise Dan Pemanfaatan Noise, yang membahas tentang kajian kualitas data seismic dari sensor InaTEWS berdasarkan nilai Power Spectral Density (PSD)
  • Nova Heryandoko, M.Si (Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG), topik: Penentuan Parameter Gempabumi Yang Akurat, yang membahas tentang kiat-kiat yang bisa diterapkan oleh operator untuk meningkatkan hasil analisa pameter gempabumi (hiposenter, kedalaman, dan magnitude), dengan menggunakan parameter Azimuth Gap, Horizontal Error, dan RMS Residual

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024