Kunjungan Kerja Deputi Bidang Inskalrekjarkom ke UPT BMKG di Provinsi NTT

  • Rozar Putratama
  • 18 Des 2018
Kunjungan Kerja Deputi Bidang Inskalrekjarkom ke UPT BMKG di Provinsi NTT

NTT - Kamis (13/12), Deputi Bidang Intrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi BMKG Dr. Widada Sulistya, DEA beserta tim melakukan kunjungan kerja dalam rangka inspeksi peralatan operasional MKG di beberapa daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 13 - 15 Desember 2018.

Kunjungan pertama dilaksanakan di ibukota NTT, Kupang. Rombongan melakukan kunjungan ke Stasiun Meteorologi Eltari, dilanjutkan ke Stasiun Klimatologi, Stasiun Geofisika Kampung Baru, Gedung Layanan MKG, dan Pos Maritim Tenau. Deputi bidang Inskalrekjarkom melakukan inspeksi ke taman alat di seluruh UPT dan memberikan arahan terkait kondisi peralatan yang harus rutin untuk dikalibrasi serta posisi-posisi peralatan yang harus sesuai dengan ketentuan agar pengamatan yang dilakukan dapat menghasilkan data yang akurat. Pada kesempatan tersebut dilakukan pula audiensi dengan seluruh pegawai Stamet dan Staklim yang dipusatkan di Staklim, serta audiensi di Stageof. Deputi Bidang Inskalrekjarkom menyampaikan bahwa sekarang adalah era digital sehingga BMKG harus menyesuaikan agar layanan informasi MKG yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat ini.

Setelah bermalam di Kupang, keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan ke Larantuka untuk meninjau Stasiun Meteorologi Gewayantana Larantuka. Pada kesempatan tersebut dilakukan pula audiensi dengan para pegawai dan inspeksi ke taman alat. Deputi Bidang Inskalrekjarkom memberikan arahan bahwa tantangan BMKG ke depan semakin besar karena tuntutan layanan informasi MKG semakin beragam dan kompleks, sehingga seluruh UPT harus dapat meningkatkan layanan kepada masyarakat dan dibutuhkan peningkatan kapasitas SDM yang ada.

Selesai meninjau Larantuka, perjalanan dilanjutkan menuju Maumere melalui jalan darat selama kurang lebih 4 jam. Selama di Maumere rombongan melakukan kunjungan ke Stasiun Meteorologi Fransiskus Xaverius Seda Sikka-Maumere, Gedung Radar, dan Pos Meteorologi Maritim Laurentius Say Maumere, serta melakukan audiensi dengan seluruh pegawai. Dari Maumere rombongan bertolak menuju Ende yang ditempuh melalui jalur darat selama lebih kurang 3,5 jam.

Di Ende Deputi Bidang Inskalrekjarkom beserta rombongan meninjau Pos Pengamatan Meteorologi yang berada di area Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende. Di Pos Pengamatan tersebut terdapat 2 orang pegawai yang bertugas sehari-hari. Selain itu dilakukan pula inspeksi ke AWS yang berada di area bandara.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024