Konferensi Pers Prakiraan Awal Musim Hujan Tahun 2019/2020 di Provinsi Sulawesi Selatan

  • Ayu Isrianti Putri
  • 27 Sep 2019
Konferensi Pers Prakiraan Awal Musim Hujan Tahun 2019/2020 di Provinsi Sulawesi Selatan

Makassar, (25/09) - BMKG Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan konferensi pers prakiraan awal musim hujan tahun 2019/ 2020. Konferensi pers dihadiri oleh Kepala BBMKG Wilayah IV Darmawan, S.Si, M.Si, serta para Kepala Stasiun dan para pejabat Esselon III dan IV di lingkungan BMKG Sulawesi Selatan. Kegiatan yang berlangsung di aula Balai Besar MKG Wilayah IV ini dihadiri wartawan dari media massa cetak, online dan elektronik.

Kepala Stasiun Klimatologi Maros Hartanto, ST, MM memaparkan, prakiraan paling awal musim hujan tahun 2019/2020 di wilayah Sulawesi Selatan umumnya diprakirakan terjadi pada bulan November 2019. Prakiraan Awal Musim Hujan terjadi pada bulan September Dasarian III : daerah sekitar Pinrang (Lembang bagian utara) dan Tana Toraja (Simbuang bagian barat, Mappak).

Sedangkan beberapa wilayah yang memasuki musim hujan paling akhir pada April Dasarian II antara lain : Bone (Ajangale bagian barat, Amali, Bengo, Dua Boccoe bagian barat, Lamuru bagian tengah dan timur, Lappariaja bagian selatan hingga utara, Libureng bagian utara, Palakka bagian barat daya, Ponre bagian tengah dan barat, Tellu Siattinge bagian barat, Ulaweng bagian tengah hingga barat), Sidrap (Maritengae bagian selatan, Panca Lautang bagian tengah hingga timur, Pituriawa bagian selatan, Tellu Limpoe bagian tengah hingga timur, Watangpulu bagian timur, Watang Sidenreng bagian selatan), Soppeng (Citta, Donri-donri bagian tengah hingga timur, Ganra, Lalabata bagian timurLili Riaja bagian tengah hingga timur, Lili Rilau, Mario Riawa bagian tengah hingga timur, Mario Riwawo bagian timur), Wajo (Belawa bagian tengah hingga barat, Pammana bagian tengah hingga barat, Sabbang paru, Tempe bagian barat).

Kepala Balai Besar MKG Wilayah IV Darmawan, S.Si, M.Si mengatakan prakiraan awal musim hujan 2019/2020 umumnya diprakirakan mundur (lebih lambat) satu dasarian dari rata-ratanya sedangkan prakiraan sifat hujan umumnya Normal (N) serta prakiraan puncak musim hujan terjadi umumnya di bulan Desember - Januari 2020 untuk wilayah barat dan April - Mei 2020 untuk wilayah timur.

lebih lanjut, Darmawan juga memberikan himbauan kepada masyarakat untuk waspada akan terjadinya cuaca ekstrim seperti angin kencang, puting beliung, petir dan hujan lebat serta berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, pohon tumbang, dan jalan licin.

"Untuk itu masyarakat diharapkan bijak dalam menyambut musim hujan dengan persiapan yang matang, salah satu contohnya seperti membersihkan selokan yang mampet agar terhindar dari banjir dan memangkas pohon yang sudah rapuh agar aman ketika terjadi angin kencang," lanjutnya.

Wartawan cukup antusias terbukti saat sesi tanya jawab, beberapa wartawan menyampaikan pertanyaan kepada pembicara. Konferensi pers ditutup dengan wawancara dan ramah tamah. (Ed. Humas)

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024