Kolaborasi Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG dengan Bureau of Meteorology Australia dalam Peningkatan Kapasitas Prakirawan Meteorologi Penerbangan

  • Ayu Isrianti Putri
  • 15 Okt 2021
Kolaborasi Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG dengan Bureau of Meteorology Australia dalam Peningkatan Kapasitas Prakirawan Meteorologi Penerbangan

Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Pusat Meteorologi Penerbangan, mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas kemampuan prakirawan cuaca khususnya bagi para prakirawan cuaca penerbangan di lingkungan kantor pusat BMKG pada tanggal 11 hingga 13 Oktober 2021 secara daring (online), dengan narasumber berasal dari Biro Meteorologi Australia.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG, bapak Edison Kurniawan, S.Si, M.Si. Dalam kata sambutan pembukaannya beliau menyebutkan bahwa pelayanan informasi meteorologi penerbangan bertujuan untuk memberikan informasi cuaca yang akurat, terkini, dan tepat waktu di bandar udara serta rute penerbangan untuk keselamatan, keteraturan, dan efisiensi penerbangan. Pelayanan informasi meteorologi penerbangan sebagaimana dimaksud diberikan oleh unit pelayanan informasi meteorologi kepada operator pesawat udara, personel pesawat udara, unit pelayanan navigasi penerbangan, unit pelayanan pencarian dan pertolongan, dan penyelenggara bandar udara.

Merujuk pada dokumen organisasi penerbangan sipil internasional (ICAO) yang mengatur tentang informasi cuaca bagi penerbangan yaitu Annex 3, terdapat rekomendasi keakuratan prakiraan cuaca yang diinginkan secara operasional, dan juga bagaimana menghasilkan prakiraan meteorologi penerbangan, yang telah ditentukan batas akurasi prakiraan cuacanya.

Tuntutan untuk memenuhi batas akurasi tersebut menjadi tantangan bagi Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG untuk dapat mengembangkan sumber daya manusianya khususnya para prakirawan cuaca, serta sistem penunjang dalam melakukan prakiraan cuaca meteorologi penerbangan, yang mana ini adalah kunci untuk peningkatan mutu dan kualitas layanan informasi meteorologi penerbangan khususnya untuk peningkatan akurasi dari prakiraan cuaca untuk kepentingan operasi penerbangan.

Pelatihan layanan meteorologi penerbangan ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi Aeronautical Meteorological Forecaster (AMF) di lingkungan Pusat Meteorologi Penerbangan baik di kantor pusat, maupun yang berada di Unit Pelaksana Teknis meteorologi penerbangan seluruh Indonesia untuk kedepannya. Penyegaran pengetahuan secara keilmuan maupun secara praktik yang baik dan terbaru dari teknik analisis, produksi, dan diseminasi produk layanan meteorologi penerbangan dari Biro Meteorologi Australia sangat dibutuhkan.

Kesempatan bertukar pikiran dari segi bagaimana mempersiapkan, bagaimana menganalisa, bagaimana memproduksi, dan bagaimana mensosialisasikannya berdasarkan regulasi dengan Badan Meteorologi berkelas dunia seperti Biro Meteorolog Australia sangat dinantikan. Sebagai penyedia jasa dan informasi meteorologi di Australia, Bereau of Meteorology (BoM) memiliki reputasi yang sangat baik dalam layanan informasi meteorologi penerbangan.

Pengalaman dan penerapan layanan meteorologi penerbangan di Australia sangat perlu diterapkan di Indonesia. Walaupun pada saat pandemi Covid-19 ini frekuensi penerbangan mengalami penurunan, namun jika dilihat dari tren frekuensi penerbangan dari tahun ke tahun adalah meningkat dan masih akan terus meningkat di masa yang akan datang, dan ragam jenis transportasi udaranyapun semakin bervariasi, dari yang penerbangan dengan tinggi jelajah rendah hingga yang tinggi. Jumlah penerbangan dari General Aviation (GA) Flight seperti sekolah penerbangan, penerbangan komersil, dan juga helikopter mulai meningkat, serta perkembangan pesawat tanpa awak (drone) juga menjadi tantangan bagi Indonesia.

Kemampuan dan pengalaman Biro Meteorologi Australia merupakan hal baru bagi personel meteorologi penerbangan Indonesia. Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG sebagai regulator sekaligus operator layanan meteorologi akan mengambil langkah maju untuk mewujudkan layanan penerbangan pada ketinggian jelajah rendah. Penguatan kapasitas sistem dan pengembangan metode cuaca signifikan dekat permukaan merupakan hal mendasar. Pemodelan dengan akurasi dan resolusi tinggi melalui sistem analisis cuaca visual yang baik diharapkan dapat menghasilkan produk penerbangan pada ketinggian jelajah rendah yang akurat dan memenuhi kebutuhan pengguna.

Beberapa topik yang berkaitan dengan layanan informasi cuaca penerbangan pada ketinggian jelajah rendah seperti Daerah Prakiraan Cuaca berbentuk grafis (Graphical Aera Forecast), Prakiraan Cuaca Penerbangan (FIFOR), Prakiraan Rute Penerbangan (ROFOR), Titik Grid Angin dan Suhu (GPWT), Peta cuaca signifikan tingkat menengah (SIGWX Medium Level), dan AIRMET diajarkan dengan sangat baik oleh narasumber dari Biro Meteorologi Australia. Kapasitas SDM BMKG diharapkan meningkat dari pelatihan ini. Peningkatan pemahaman tentang pengaturan, format, pengembangan, dan analisis meteorologi untuk produk meteorologi penerbangan adalah sangat penting.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024