Kepala BMKG Jadi Pembicara di GEOSC 2019

  • Ibrahim
  • 01 Nov 2019
Kepala BMKG Jadi Pembicara di GEOSC 2019

Jakarta - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjadi Pembicara dalam National Conference on Disaster Mitigation and Risk Evaluation, yang merupakan salah satu kegiatan dari GEO-STUDENT COMPETITION (GEOSC) 2019 yang berlangsung di Universitas Pertamina, Jakarta pada Jumat, (1/10).

GEOSC 2019 ini merupakan kegiatan yang sudah memasuki tahun keempat penyenggaraannya, yang digagas oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bersama Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI). Sebanyak 19 SM-IAGI (Seksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi Indonesia) dari seluruh Indonesia mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 1-2 November 2019 di Auditorium Girya Legita - Universitas Pertamina.

Dalam paparannya, Dwikorita menjelaksan bahwa peran BMKG adalah menyampaikan informasi dan peringatan dini bencana alam berdasarkan UU No.31 Tahun 2009, khususnya dalam bidang Geofisika (gempa dan tsunami). Beliau juga menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi BMKG saat ini semakin kompleks dan beragam.

Dengan kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi oleh "ring of fire", juga lempeng tektonik aktif, serta meningkatnya kondisi ekstrem alam yang menyebabkan fenomena anomali-anomali kebencanaan dan multihazard, tentu membutuhkan lompatan inovasi teknologi yang semakin muktahir. Kemudian Dwikorita menjelaskan perlunya upaya strategis untuk scalling-up dalam membangun Peringatan Dini Multi-bahaya.

InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), merupakan sistem peringatan dini gempabumi dan Tsunami BMKG yang telah ada sejak 2008. Kedepannya sistem ini akan terus dikembangkan agar dapat memberikan informasi lebih cepat, tepat dan akurat. Menutup paparannya, Dwikorita menjelaksan bahwa BMKG terus melakukan inovasi strategis, dari 4.0 menuju 5.0 dimasa depan melalui Big Data dsb.

Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bambang Surya Putra bersama Farah Mulyasari selaku ahli geologi bidang kebencanaan, turut serta hadir menjadi pembicara dalam kegiatan ini.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024