Kepala BMKG Ingatkan Pentingnya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Pada Pembukaan Rekonsiliasi Keuangan Balai Besar MKG Wilayah III

  • Rozar Putratama
  • 19 Jul 2022
Kepala BMKG Ingatkan Pentingnya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Pada Pembukaan Rekonsiliasi Keuangan Balai Besar MKG Wilayah III

Balikpapan - Minggu 17/8 dalam rangka migrasi SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi) yang akuntabel dan transparan serta meningkatkan penyusunan laporan keuangan yang berkualitas serta memastikan sistem belanja modal yang sudah terinput di SIMAK - BMN Balai Besar MKG wilayah III Denpasar menyelenggarakan kegiatan Rekonsiliasi keuangan semester I tahun 2022 di Jatra hotel.

Kegiatan yang mengambil tema "Sukseskan Migrasi SAKTI dan Pertahankan Opini WTP melalui Penyusunan Laporan Keuangan Semester I Tahun 2022 yang Akuntabel dan Berkualitas" diharapkan menghasilkan laporan akuntabilitas pelaksanaan dan penggunaan anggaran harus teruji sehingga dihasilkan laporan keuangan yang akuntabel sebagai rangkaian tahapan bahan pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan BMKG Semester I TA. 2022.

Kegiatan dibuka Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang dalam sambutannya menjelaskan bahwa pada sambutan kali ini saya menegaskan kepada para KUPT agar lebih cepat dan tanggap terhadap informasi perubahan cuaca dan iklim yang saat ini semakin berubah dengan cepat.

Saat ini menurut forum ekonomi global dalam global risk tahun 2022 diidentifikasi bahwa cuaca ekstrim dan aksi klimat menempati urutan pertama dan kedua dalam skala global untuk 10 tahun ke depan. Ini merupakan tugas utama dari BMKG, cuaca ekstrim, mitigasi adaptasi perubahan iklim itu semua adalah tugas pokok BMKG setiap hari untuk melakukan monitoring, pemodelan proyeksi, prediksi dan peringatan dini kepada masyarakat.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian secara global, yang apabila lemah akan berdampak terancamnya ketahanan pangan, sehingga berpotensi runtuhnya keutuhan bangsa Indonesia.

Melalui forum ini saya sampaikan betapa pentingnya peran BMKG dalam skala dunia, sehingga kita harus cepat dan tanggap terhadap aksi, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang terjadi.

Lalu bagaimana kita meyiasati hal tersebut dengan cepat? berikan motivasi dan dukungan penuh kepada pegawai untuk menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi untuk belajar pemodelan yang lebih update, karena itulah aset utama agar BMKG lebih memiliki daya saing global ke depannya, lain daripada itu tingkatkan dan perluas kerjasama dengan Universitas baik dalam dan luar negeri, agar SDM BMKG bisa mengikuti program pendidikan dengan lebih mudah dan cepat, Ujar Dwikorita.

Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan kerjasama dengan Universitas Mulawarman dan Institut Kalimantan sebagai langkah awal peningkatan kapasitas SDM di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024