Kepala BMKG Buka Rapat Kordinasi Wilayah Balai Besar MKG Wilayah I Tahun 2023

  • Ibrahim
  • 08 Mar 2023
Kepala BMKG Buka Rapat Kordinasi Wilayah Balai Besar MKG Wilayah I Tahun 2023

(07/03) - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan menggelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) yang berlangsung di Hotel Santika Bukittinggi, Sumatera Barat. Rapat yang berlangsung selama 4 hari ini mengusung tema, "Melalui Rapat Koordinasi Wilayah Tahun 2023, Kita Wujudkan Perencanaan yang Transparan, Responsif dan Akuntable Menuju BMKG Berkelas Dunia" dibuka secara resmi oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Rakorwil ini bertujuan untuk menyusun program dan kegiatan anggaran TA. 2024, sebagai tindak lanjut dari program jangka pendek, menengah dan jangka panjang Rencana Pembangunan BMKG, serta merekap permasalahan dan kendala dalam melaksanakan anggaran tahun 2023 dan perencanaan tahun 2024 ditingkat Satker maupun Wilayah dilingkungan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I

Dalam sambutannya, Dwikorita menyampaikan perbaikan penyusunan program dan anggaran, agar lebih transparan dan terbuka dalam menggunakan anggaran, responsif terhadap perubahan yang terjadi di pemerintah dan kebijakan pimpinan BMKG, serta akuntabel dalam pelaksanaan pembangunan BMKG baik di pusat dan di daerah.

Kepala BMKG menginstruksikan kepada seluruh pejabat dan pegawai baik pusat maupun daerah, diharapkan dalam penyusunan anggaran Tahun 2024 agar:

  1. Memastikan alat layak operasional dan menjaga keberlangsungan operasional alat operasional utama (aloptama), dengan memperhatikan alokasi Pemeliharaan Peralatan MKG;
  2. Melakukan Efisiensi Anggaran Birokrasi
  3. Penyusunan program dan penganggaran tahun 2024 agar dilakukan berdasarkan RKBMN 2022 serta usulan kegiatan utama harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
  4. Merespon kebutuhan informasi MKG tingkat daerah disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah masing-masing;
  5. Melanjutkan pembangunan tahun 2023 yang belum selesai, utamanya kegiatan yang bersifat multiyear
  6. Pelaksanaan kegiatan pusat yang didaerahkan harus sesuai Spesifikasi Pusat tanpa perubahan apapun (kecuali mendapat ijin dari Deputi atau Kepala Pusat sebagai pembina teknis);
  7. Mengantisipasi pembangunan dan pengembangan bandar udara dan pelabuhan laut yang berdampak pada operasional stasiun BMKG, termasuk pemasangan display dan integrasi pengamatan meteorologi penerbangan dan meteorologi maritim;
  8. Pelaksanaan Kalibrasi oleh Balai Besar MKG Wilayah agar dilaksanakan sesuai kesepakatan dan jadwal yang ditetapkan;
  9. Senantiasa meningkatkan kapasitas SDM dan Berinovasi untuk mendukung kinerja

Selain mengenai penyusunan program dan anggaran, di akhir kata Dwikorita menyampaikan terimakasih kepada seluruh pegawai BMKG terutama di lingkungan Balai I Medan dalam upaya mewujudkan Zero Victim dimana setiap bagian dari BMKG baik alat maupun sumber daya manusia harus selalu optimal dan semakin ditingkatkan kualitasnya untuk mengurangi korban jiwa yang terjadi di Indonesia.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024