Kepala BMKG Bersama Sri Sultan Hamengkubuwono X Meninjau Pengungsian Akibat Banjir Di Kulonprogo

  • Rachmat Hidayat
  • 04 Des 2017
Kepala BMKG Bersama Sri Sultan Hamengkubuwono X Meninjau Pengungsian Akibat Banjir Di Kulonprogo

Yogyakarta - Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati bersama dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau lokasi pengungsian akibat bencana banjir di Kulon Progo, Sabtu (02/12/2017).

Kunjungan pertama di Balai Desa Panjatan Kulon Progo. Gubernur DIY dan Kepala BMKG disambut oleh Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo yang didampingi Ketua DPRD Kulon Progo, Kapolres Kulon Progo dan segenap Forkompinda Kulon Progo. Pada kesempatan tersebut, Gubernur DIY dan Kepala BMKG meninjau lokasi pengungsi bencana kemudian mendengarkan paparan dari Bupati Kulon Progo tentang bencana longsor dan banjir yang melanda Kabupaten Kulon Progo. Dalam paparannya, Bupati Kulon Progo menyampaikan penanganan bencana banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrim di Kulon Progo. Langkah yang telah dilakukan diantaranya evakuasi dengan menempatkan korban terdampak banjir di pengungsian layak dilengkapi pangan, sandang dan papan. Sedangkan untuk korban tanah longsor juga telah dilakukan evakuasi warga serta korban yang tertimbun longsor yang kebanyakan terjadi di daerah utara Kulon Progo. Sementara ini untuk daerah Panjatan, bencana banjir disebabkan oleh jebolnya tanggul Kaligawe Krembangan Panjatan.

Gubernur DIY meningkatkan status kebencanaan dari siaga menjadi tanggap darurat, berdasarkan perkembangan situasi yang terjadi saat ini. Peningkatan status ini untuk memudahkan Pemerintah Kota/Kabupaten dalam memberikan bantuan kepada warga yang menjadi korban bencana. Peningkatan status tanggap bencana banjir, longsor, dan angin kencang ini merujuk pada informasi yang disampaikan oleh Kepala BMKG bahwa diperkirakan puncak musim hujan baru terjadi Januari dan Februari 2018.

Lebih jauh lagi Kepala BMKG berkesempatan menyampaikan kepada warga di tempat pengungsian untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan curah dan intensitas hujan seperti yang terjadi di Yogyakarta beberapa waktu lalu, situasi seperti itu mungkin bisa terulang lagi. Adapun prediksi puncak hujan berdasarkan pengamatan data satelit dan radar BMKG yang tersebar di wilayah Indonesia. Dari data-data yang dihimpun itulah, BMKG dapat memprediksi puncak musim hujan di wilayah Indonesia. Beberapa hari lalu BMKG sempat memberi peringatan dini adanya siklon tropis Cempaka dan bibit siklon Dahlia yang mengakibatkan hujan ekstrim sehingga menimbulkan banjir dan longsor. Meski demikian, Kepala BMKG meminta warga agar tidak panik dengan adanya informasi tersebut. Peringatan dini itu menjadi petunjuk bagi pemerintah daerah untuk melakukan mitigasi bencana. Hal senada juga dikatakan Gubernur DIY yang meminta warga lebih siap dalam menghadapi curah hujan dengan intensitas lebih tinggi.

Lebih lanjut lagi, Gubernur menyampaikan kepada masyarakat untuk gotong royong melakukan gerakan bersih rumah dan lingkungan pasca banjir dan tanah longsor, yang dimulai dari rumah warga dan lingkungan sekitar tempat tinggal masing-masing.

Kepala BMKG beserta rombongan Gubernur DIY melanjutkan peninjauan pengungsian ke Puskesmas Panjatan dan melaksanakan pengecekan ke lokasi yang terkena banjir di Krembangan.

Ikut serta dalam pertemuan tersebut dari BMKG, Kepala Stasiun Geofisika Yogyakarta, Dr. I nyoman Sukanta dan Kepala Stasiun Klimatologi Mlati, Agus Sudaryatno.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024