Info Cuaca Mudik-Lebaran "Fitur Baru Aplikasi BMKG Dukung Angkutan Mudik Lebaran"

  • Dwi Rini
  • 16 Jun 2017
Info Cuaca Mudik-Lebaran "Fitur Baru Aplikasi BMKG Dukung Angkutan Mudik Lebaran"

Jumat (16/6). Seminggu lagi, sebagian besar warga masyarakat melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman mereka masing-masing . Terlebih adanya keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2017 tentang penetapan cuti bersama pada 23,27,28, 29, dan 30 Juni 2017. Masyarakat berbondong-bondong melakukan perjalanan mudik menggunakan moda transportasi udara, darat, dan laut. Kondisi ini tentunya menjadi perhatian pemerintah untuk mendukung kelancaran arus mudik lebaran 1438 H. Menyadari kondisi ini, BMKG memandang perlu untuk memberikan penjelasan tentang informasi perkembangan kondisi cuaca dan iklim di wilayah Indonesia terutama di daerah jalur arus mudik lebaran kepada publik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan perjalanan mudik lebaran.

Sementara itu, guna mendukung penyebaran informasi cuaca, iklim, kualitas udara, dan gempa bumi kepada masyarakat secara cepat, tepat, luas, dan mudah dipahami, maka BMKG pun melakukan launching upgrade isi dan fitur pada aplikasi info BMKG berbasis IOS dan Android, salah satunya informasi cuaca Maritim & Penerbangan yang dapat diakses melalui aplikasi tersebut.

Seperti yang kita ketahui di tengah-tengah masyarakat muncul pertanyaan, "Bagaimana kondisi cuaca di jalur arus mudik? Mengapa musim kemarau tetapi masih ada hujan, dan kapan puncak musim kemarau?" Menjawab pertanyaan itu, Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya menjelaskan bahwa kejadian terjadi hujan di beberapa wilayah, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Banten Maluku, Riau, Jambi, Riau, Papua dan Sulawesi Selatan diakibatkan adanya Anomali suhu muka laut 1 - 2,5 derajad celcius di sekitar wilayah Slt. Malaka, S. Hindia Brt Aceh - Lampung, Slt. Karimata, L. Jawa, L.Natuna, Perairan NTT, L. Timor, L. Flores, L. Banda, Tlk. Bone, L. Sulawesi, L. Seram Tlk. Cendrawasih dan S. Pasifik utara Papua sehingga mengakibatkan menambahkan pasokan uap air.

Sementara angin umumnya bertiup dari Timur - Tenggara. Kecepatan angin signifikan di Laut Flores, Laut Banda, Maluku, Laut Arafura, Papua bag. Selatan. Kelembapan udara di lapisan 850 -700 mb cenderung basah pada awal Juni 2017 sehingga proses konveksi lokal masih dapat menyebabkan hujan di beberapa lokasi.

Terkait kondisi cuaca pada periode mudik-lebaran, Andi Eka Sakya pun menjelaskan didepan para jurnalis media massa bahwa pada periode arus mudik 19-25 Juni 2017 diperkirakan hujan masih akan terjadi di wilayah Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua Barat serta Jawa bagian Barat dan Tengah.

Menjelang Lebaran 2017, kondisi cuaca diperkirakan akan bervariasi. Di Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara cuaca cenderung cerah-berawan. Beberapa lokasi masih terdapat potensi hujan ringan-sedang pada sore hari, khususnya di Jawa bagian Barat sehingga masyarakat yang berkendara dihimbau agar tetap mencermati daerah-daerah yang berpotensi hujan yang berpotensi memicu resiko kecelakaan.

"Pada saat lebaran, 25 Juni terjadi Hujan ringan sedang berpeluang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Papua, Jawa Tengah dan Jawa Barat, sementara hujan sedang-lebat terjadi di Kalimantan Utara dan Papua Barat" ujar Andi Eka.

Sementara Pada periode libur lebaran (26 Juni-2 juli 2017) diperkirakan hujan intensitas sedang lebih banyak terjadi di Wilayah Sumatera, Kalimantan Barat dan Tengah, Sulawesi tenggara dan Maluku. Sedang di Jawa bagian Barat masih berpotensi terjadi hujan ringan.

Andi Eka pun menuturkan bahwa awal Juli 2017 (2-9 Juli 2017) wilayah Sumatera dan Kalimantan Barat yang tadinya ada peluang hujan intensitas sedang, justru relatif kering sehingga perlu diwaspadai terjadinya kebakaran hutan, sementara hujan lebat akan terjadi di Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua Barat.

Pada periode Mei - Juni sebagian wilayah Indonesia (38%) sudah masuk musim kemarau. Sedangkan di wilayah Sulawesi, Kalimantan dan Sekitar Khatulistiwa peluang hujan masih tinggi. Awal Musim Kemarau tahun 2017 di sebagian besar wilayah di Indonesia diprakirakan MUNDUR (48.2%), SAMA (33.5 %) dan MAJU (18.3 %). Puncak Musim Kemarau 2017 diprakirakan bulan Juli - September 2017.

"Musim kemarau yang akan berlangsung Juni sd Oktober 2017 diprediksi tidak akan sekering 2015 dan tidak sebasah 2016,"tegas Andi Eka Sakya.

Jelang Lebaran, Luncurkan Fitur Info Cuaca &Iklim Pada Aplikasi InfoBMKG

Dalam menghadapi arus mudik lebaran 2017, BMKG juga menyiapkan aplikasi mobile yang dapat diunduh melalui App Store maupun Play Store dengan nama Info BMKG. Dalam rangka menyiapkan informasi mudik lebaran tahun ini, BMKG meng-update kembali aplikasi yang dimilikinya. BMKG menambahkan beberapa fitur penting guna mendukung informasi cuaca mudik, antara lain prakiraan cuaca mudik jalur darat, cuaca maritim dan cuaca bandara.

Pada tanggal 25 Agustus 2016 BMKG telah meluncurkan aplikasi mobile-nya. Di dalam aplikasi tersebut dapat diperoleh informasi peringatan dini cuaca, prakiraan cuaca kota kabupaten di masing-masing propinsi hingga tiga hari kedepan, informasi kualitas udara di beberapa kota untuk mengetahui tingkat kualitas pencemaran udara, informasi gempabumi terkini dan gempabumi dirasakan, serta info aktual atau press release resmi dari BMKG.

Dengan penambahan ketiga fitur ini semakin memperkaya aplikasi mobile info BMKG dalam memberikan layanan publik bagi masyarakat. Aplikasi ini telah tersedia secara gratis bagi pengguna iphone dan android.

Informasi lengkapnya dapat dilihat di http://apps.bmkg.go.id atau langsung unduh di App Store dan Google Play dengan keyword "info BMKG" lalu cari Developer resmi "Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika".

BMKG akan terus berinovasi dalam mengembangkan aplikasi mobile-nya, dan akan terus menambahkan fitur informasi publik yang selama ini mungkin banyak masyarakat yang belum banyak mengetahuinya. Jadi, teruslah gunakan aplikasi info BMKG. Dapatkan informasi terkini dari BMKG sesuai dengan motto-nya, cepat, tepat, akurat, luas dan mudah dipahami.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024