Gempabumi Madura Dipicu Aktivitas Sesar Aktif

  • Petugas Web
  • 20 Feb 2017
Gempabumi Madura Dipicu Aktivitas Sesar Aktif

Hari Senin, 20 Februari 2017, pukul 13.14.37 WIB, wilayah Pulau Madura bagian barat diguncang gempabumi tektonik. Analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi berkekuatan M=3,7 dengan pusat gempabumi terletak pada koordinat 7,20 LS - 113,09 BT, tepatnya di darat pada jarak 18 kilometer arah barat Kota Sampang pada kedalaman 10 kilometer.

Peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa, dampak gempabumi yang terjadi menimbulkan guncangan pada II Skala Intensitas Gempabumi BMKG (SIG-BMKG) atau III MMI di daerah Sampang, Torjun, Ragung, Kedungdung, Karangtengah, Nerah, Blega, dan Konang. Gempabumi ini dilaporkan dirasakan orang banyak dan cukup mengagetkan warga. Beberapa warga sempat panik dan berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempabumi tersebut.

Ditinjau dari kedalaman hiposenternya tampak bahwa gempabumi yang terjadi merupakan gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Dugaan sementara yang menjadi pembangkit gempabumi ini adalah aktivitas Sesar Naik Rembang yang membujur dari Jawa Timur bagian utara yang menerus ke arah timur dan menyeberang Selat Madura dan mencapai bagian barat Sampang. Ini didukung oleh hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempabumi ini dibangkitkan oleh adanya penyesaran yang merupakan kombinasi antara sesar mendatar dan naik (oblique naik).

Peristiwa gempabumi Madura ini memang cukup unik sekaligus langka, karena memang sangat jarang di Madura terjadi gempabumi dirasakan. Catatan aktivitas kegempaan di BMKG menunjukkan bahwa wilayah Madura merupakan kawasan dengan tingkat aktivitas kegempaan yang rendah (low seismicity). Meskipun di Madura terdapat beberapa catatan aktivitas gempabumi, tetapi kekuatannya kecil dan tidak dirasakan. Sehingga wajar jika beberapa warga mengatakan bahwa baru sekali ini mereka merasakan gempabumi. Patut disyukuri bahwa kekuatan gempabumi ini relatif kecil sehingga tidak berpotensi merusak.

Hingga laporan ini dibuat pukul 02.00 WIB hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan. Kepada warga di Sampang dan sekitarnya dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Jakarta, 20 Februari 2017

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG

Dr. DARYONO, M.Si.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024