Evaluasi Latihan Peringatan Dini Tsunami, BMKG Gelar Workshop IOWave 18 dan Training Rencana Evakuasi

  • Rachmat Hidayat
  • 15 Nov 2018
Evaluasi Latihan Peringatan Dini Tsunami, BMKG Gelar Workshop IOWave 18 dan Training Rencana Evakuasi

Jakarta - Kamis (15/11/2018), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan Indian Ocean Tsunami Information Centre (IOTIC)-UNESCO, mengadakan kegiatan Post IOWave18 Workshop bertempat di Auditorium BMKG dan Hotel Red Top. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati ini diikuti oleh 13 negara yang berada di Samudera Hindia yaitu Indonesia, Malaysia, India, Oman, Maldives, Timor Leste, Iran, Pakistan, Mauritius, Australia, Srilangka, Tanzania, dan Thailand.

"Workshop bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan India Ocean Wave 18 Exercise (IOWave18 Exercise), yang dilaksanakan di negara-negara Indian Ocean pada Bulan September Tahun 2018 yang lalu". Ujar Dwikorita saat membuka kegiatan di Auditorium BMKG.

Menurut Dwikorita IOWave Exercise sangat penting untuk menguji bagaimana skema Peringatan Dini Tsunami bisa berjalan dengan baik dari hulu hingga hilir. Latihan tidak hanya menguji bagaimana peringatan dini disampaikan dari Pusat Peringatan dini kepada stake holder terkait, tetapi juga melatih kesiapsiagaan masyarakat untuk menguji rencana evakuasi tsunami.

Dwikorita menambahkan, Sistim Peringatan Dini tsunami tidak dapat berhasil baik jika hanya bergantung pada kemampuan monitoring gempa dan tsunami, melainkan penting juga untuk meningkatkan kesiapan lembaga yang meneruskan Peringatan Dini Tsunami (seperti BNPB, BPBD/Pusdalops beserta SDMnya) untuk selalu berjaga 24 jam, memastikan jaringan komunikasi beroperasi baik. Hal ini mengingat tsunami bisa terjadi malam hari ketika masyarakat tidak dalam kondisi terjaga.

Di sisi lain kesiapan infrastruktur rencana evakuasi seperti Shelter Evakuasi, jalur evakuasi, dan rambu evakuasi juga penting untuk menjadi perhatian Pemerintah Daerah yang wilayahnya rawan tsunami.

"Belajar dari peristiwa tsunami yang baru saja terjadi di Palu, meskipun BMKG telah mengeluarkan Peringatan Dini Tsunami, akan tetapi masih ada banyak banyak korban berjatuhan. Salah satunya adalah belum terbangunnya infrastruktur evakuasi di wilayah tersebut dengan lengkap" ujar Dwikorita

Tidak kalah pentingnya untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat. IOWave exercise menjadi salah satu wadah untuk melatih masyarakat melakukan evakuasi secara mandiri jika merasakan gempa potensi tsunami.

"Temuan hasil latihan IOWave kemudian dievaluasi bersama dalam Workshop ini, sekaligus sharing pembelajaran penyelenggaraan latihan IOWave di masing-masing negara peserta" Kata Dwikorita menambahkan penjelasannya. Kegiatan IOWave18 Workshop ini akan diselenggarakan selam 3 hari, 15-17 November 2018.

Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG menjelaskan, IOWave Exercise merupakan Latihan Peringatan Dini Tsunami untuk negara-negara di Samudera Hindia yang diselenggarakan secara rutin setiap 2 tahunan. Tahun 2018, Indonesia melibatkan banyak pihak untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut, yaitu BMKG sebagai Pusat Peringatan Dini Tsunami, BNPB, Metro TV, dan BPBD beserta masyarakat di pesisir Barat Sumatera dan Selatan Jawa. Daerah yang turut berpartisipasi dalam latihan tersebut adalah Banda Aceh, Aceh Barat, Aceh Selatan, Sibolga, Nias, Pariaman, Padang, Pandeglang, Pangandaran, Daerah Istimewa Yogyakarta, Pacitan dan Bantul.

Training Rencana Evakuasi Tsunami

Ardito M Kodijat, Kepala IOTIC-UNESCO juga menyampaikan bahwa setelah kegiatan IOWave18 Workshop, akan dilanjutkan dengan Pelatihan Tsunami Evacuation, Map, Plan and Procedure (TEMPP) selama 12 hari di Pusat Pendidikan Latihan BMKG Citeko Puncak Bogor. Kegiatan TEMPP ini memberikan pelatihan bagaimana membuat peta evakuasi, menyusun rencana dan prosedur evakuasi untuk negara-negara rawan tsunami di Samudera Hindia.

Pelatihan tersebut merupakan pelatihan yang ketiga kalinya setelah sebelumnya diselenggarakan di Indonesia dan India. Tahun ini peserta latihan berasal dari negara: Indonesia, Mozambiq, Timor Leste, Mauritius, Yaman, Pakistan, dan India.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024