Dwikorita: Gempa Susulan Melemah, Masyarakat Diimbau Tenang

  • Dwi Rini
  • 19 Apr 2018
Dwikorita: Gempa Susulan Melemah, Masyarakat Diimbau Tenang

Jakarta, Kamis (19/4). Kemarin pada pukul 13:28:35 WIB, masyarakat Kabupaten Banjarnegara dikejutkan dengan kejadian gempa bumi dengan magnitude 4.4 dan kedalaman 4 km. Walaupun gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, tetapi berdasarkan data BNPB dan Stasiun Geofisika mengakibatkan kerusakan gedung sekolah, musala, dan rumah penduduk, bahkan memakan 2 korban jiwa dan 21 korban luka. Menurut data BNPB terdapat 526 KK atau 2.104 jiwa mengungsi di empat Desa di Kecamatan Kalibening.

"Berdasarkan hasil monitoring BMKG sampai 19 April 2018, pukul 15.00 tercatat 1 kali gempa susulan dengan M 2.6 yang terjadi pada pukul 23.32.46 WIB dan dirasakan di Kecamatan Kalibening I SIG-BMKG (II MMI)," ujar Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati saat memberikan keterangan pers di Kantor BMKG, Kamis Sore.

Di tengah-tengah penjelasan, Dwikorita mengutarakan magnitude gempa susulan kekuatannya jauh lebih kecil dari gempa utama dan sangat kecil terjadi potensi gempa susulan yang lebih besar sehingga diharapkan masyarakat harus lebih tenang dan BMKG terus memonitor perkembangan gempa susulan dan hasilnya akan diinformasikan kepada masyarakat melalui media massa.

Dwikorita menambahkan dengan memperhatikan peta tingkat guncangan (shakemap) terlihat bahwa tingkat guncangan terbesar terjadi di Kecamatan Kalibening-Banjarnegara pada skala II SIG-BMKG (IV-V MMI) yang artinya getaran dirasakan oleh semua penduduk, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, dan bangunan dengan konstruksi lemah bisa mengalami kerusakan.

"Sementara laporan masyarakat, menunjukkan guncangan gempa bumi dirasakan cukup kuat di Kecamatan Kalibening-Banjarnegara dan sekitarnya," imbuh Dwikorita.

Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya yang sangat dangkal serta gempa bumi ini terjadi akibat sesar aktif dan akibat sedimen lokal dan lunak sehingga menimbulkan guncangan yang kuat. BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh aktivitas lokal yang belum teridentifikasi di dalam peta sumber dan bahaya gempa bumi (2017).

Sementara Deputi Bidang Geofisika, Dr. Muhammad Sadly, M.Eng. mengutarakan bahwa BMKG akan memasang alat portable digital seismograf minimal di 3 titik lokasi, tujuannya untuk memonitor gempa-gempa kecil dan lemah sehingga diperlukan alat dengan resolusi yang tinggi.

Dwikorita pun menegaskan bahwa Pusat Gempa Nasional, telah mengeluarkan peta sumber dan bahaya gempa bumi (2017) untuk menggambarkan daerah-daerah sumber gempa bumi.

Di akhir penjelasan, Dwikorita mengharapkan bahwa masyarakat harap tenang dan tidak termakan hoax yang meresahkan masyarakat dan terus mengupdate informasi melalui aplikasi mobile "Info BMKG".

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024