Diklat Pimpinan Tingkat IV Angkatan VI Tahun 2018

  • Rachmat Hidayat
  • 02 Jul 2018
Diklat Pimpinan Tingkat IV Angkatan VI Tahun 2018

Jakarta - Senin (2/7), Dengan dicanangkannya program Lompatan Layanan Informasi BMKG 4.0, diperlukan Sumber Daya Manusia yang mampu mengikuti perkembangan ICT di dunia. Sedangkan Dunia Internasional sudah mengimplementasikan Big Data, Artificial Intelligence, Internet of Things, Machine Learning dan Crowd Sourcing. Hal ini diutarakan Sekretaris Utama BMKG Drs. Untung Merdijanto, M.Si. dihadapan peserta Diklat Pimpinan Tingkat IV Angkatan VI dalam sambutan pembukaan di Gedung Serbaguna BMKG Pusat.

Bahkan Dunia Internasional dimulai tahun 2005, sudah memasuki Revolusi Industri 5.0 dan akan berakhir pada tahun 2040, dimana teknologi memainkan peran penting disini, terutama terkait Teknologi Nano dan Rekayasa Biologi, sambung Drs. Untung.

Drs. Untung Merdijanto, M.Si. menegaskan bahwa tantangan BMKG kedepan semakin berat, BMKG harus segera mengantisipasi kondisi gelombang Revolusi Industri 5.0, untuk itu sebagai Calon Pimpinan BMKG harus memahami yang terjadi saat ini di dunia internasional dan khususnya faham program utama BMKG dalam mendukung program nasional yakni menjadikan NKRI sebagai Poros Maritim dunia.

Di era keterbukaan saat ini, khususnya dalam mencari seorang calon pemimpin dilaksanakan melalui assessment center, pada umumnya peserta dari BMKG cukup handal dalam kompetensi teknis. Oleh karenanya tidak cukup dengan kompetensi teknis namun harus mempunyai kompentensi manajerial dan kompetensi sosial kultur, maka dengan Diklat Pimpinan Tingkat IV Angkatan VI ini adalah jawabannya ujar Drs. Untung Merdijanto, M.Si.

Drs. untung Merdijanto, M.Si. berharap kepada para peserta Diklat Pim IV Angkatan VI dapat memberikan proyek perubahan yang baru sama sekali dan belum pernah ada di BMKG dengan menciptakan inovasi dan kreatifitas untuk melakukan Lompatan.

Sebanyak 30 Peserta terdiri dari 6 peserta Kantor Pusat BMKG dan 24 UPT BMKG mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Pimpinan Tingkat IV Angkatan VI yang diselenggarakan Pusdiklat BMKG dari tanggal 2 Juli s/d 27 Oktober 2018 dengan system on off campus bertujuan untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinan pejabat struktural eselon IV yang akan berperan dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinan di instansi masing-masing.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024