Deputi Klimatologi Buka NCOF 2021, Bahas Prediksi Dinamika Atmosfer dan Laut serta Prospek Prakiraan Musim Kemarau 2021

  • Ibrahim
  • 13 Mar 2021
Deputi Klimatologi Buka NCOF 2021, Bahas Prediksi Dinamika Atmosfer dan Laut serta Prospek Prakiraan Musim Kemarau 2021

Jakarta - Kedeputian Klimatologi BMKG kembali menggelar "National Climate Outlook Forum" (NCOF) Tahun 2021 yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (12/3). NCOF merupakan forum koordinasi inter-agensi dan dialog reguler antara climate information provider dengan multi-stakeholder pada level Nasional, sebagai implementasi pilar Climate Services Information System (CSIS) dan User Interface Platform (UIP) dari program GFCS - WMO (World Meteorological Organization) dilevel Nasional.

NCOF kali ini membahas "Prediksi Dinamika Atmosfer dan Laut 2021" serta "Prospek Prakiraan Musim Kemarau 2021". Dalam kegiatan ini turut serta berpartisipasi dari BPPT, LAPAN, Balitklimat - Kementan, ITB, STMKG dan UPT BMKG Seluruh Indonesia.

Dalam sambutannya, Deputi Klimatologi BMKG Herizal menyampaikan usai pelaksanaan kegiatan NCOF ini, informasi prakiraan musim kemarau 2021 bisa segera di release kepada users dan masyarakat luas karena informasi ini sudah sangat ditunggu. "Hal ini terbukti dari bahan prakiraan yang bahkan sudah ditanyakan oleh Presiden. Ini berarti informasi yang kita sedang siapkan sangat diharapkan dan para mitra dan para pembuat kebijakan dan mereka sangat mengapresiasi informasi yang telah dibuat oleh BMKG dan para pakar luar BMKG", ujar Herizal.

Ia juga menjelaskan bahwa Informasi prakiraan merupakan tantangan bagi BMKG agar tetap dapat mendapatkan kepercayaan dari masyarakat terkait keakuratan informasi prakiraan yang telah dibuat. Herizal melanjutkan, Kepala BMKG juga mengamanahkan kepada tim prakiraan di Kedeputian Klimatologi agar dapat lebih mencermati lagi potensi terjadinya fenomena global seperti La Nina dan juga potensi cuaca ekstrem yang berpeluang terjadi di akhir tahun.

"Prakiraan musim yang disampaikan BMKG telah mendapatkan apresiasi dari para pemangku kebijakan, namun tentunya kondisi tipe iklim di wilayah Indonesia yang beragam dan bersifat mikro menjadi tantangan" tutur Herizal.
Menutup sambutannya, Herizal mengatakan jika Informasi prakiraan cuaca dan iklim dari BMKG yang disampaikan kepada users dan pihak media harus dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat dan harapannya informasi terkait cuaca dan iklim ini tetap terhindar dari berita-berita hoax yang keluar dari institusi selain BMKG.

"Sesuai dengan UU, BMKG merupakan Institusi resmi yang memiliki kewenangan untuk menyampaikan informasi terkait cuaca dan iklim di Indonesia", pungkas Herizal.

Beberapa pakar iklim yang hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini adalah Prof. Edvin Aldrian dari BPPT, Prof.Eddy Hermawan dan Haries Satyawardana dari LAPAN, Dr. Elza Surmaini (Balitklimat - Kementan) dan Prof. Irsal Las.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024