Deputi Bidang Meteorologi buka Diklat Teknis Observasi Meteorologi dan Diklat DTSS Bendahara Pengeluaran

  • Rachmat Hidayat
  • 13 Mar 2017
Deputi Bidang Meteorologi buka Diklat Teknis Observasi Meteorologi dan Diklat DTSS Bendahara Pengeluaran

BOGOR - Senin (13/3/2017), Deputi Bidang Meteorologi Dr. Yunus S. Swarinoto, M.Si mewakili Kepala BMKG membuka secara resmi Diklat Teknis Observasi Meteorologi dan Diklat DTSS Bendahara Pengeluaran yang diselenggarakan oleh Pusdiklat BMKG di Gedung Serbaguna Citeko, Bogor.

Dalam Sambutan dan pengarahan Deputi Bidang Meteorologi, mengatakan bahwa Diklat Teknis Observasi Meteorologi adalah sebagai upaya untuk menjawab tantangan standar kompetensi yang meliputi kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja, Sebagai respon terhadap perkembangan teknologi dalam peralatan meteorologi observer terus disesuaikan.

"Tuntutan quality Ansurance sebagai bentuk dari jaminan keselamatan dalam dunia penerbangan semakin mendorong para pengamat untuk dapat menghasilkan data pengamatan yang akurat dan tepat waktu". Hal ini dijawab oleh WMO dengan menerbitkan standar kompetensi observasi meteorologi penerbangan (AMO) pada tahun 2011 yang secara garis besar menekankan 4 hal dalam tugas seorang observer yakni monitor parameter cuaca lokal secara kontinue, monitor fenomena cuaca yang berpengaruh terhadap penerbangan, memastikan kualitas data yang dihasilkan dan mengkomunikasikan informasi meteorologi kepada pengguna internal dan eksternal, terang Deputi Bidang Meteorologi.

Sedangkan disisi administrasi dalam Diklat DTSS Bendahara Pengeluaran, dikatakan Dr. Yunus S. Swarinonto merupakan tuntutan pelaporan yang baik dalam penggunaan anggaran menjadi prioritas utama setiap instansi pemerintah guna mendukung good governance dalam penyelenggaraan dan pengelolaan keuangan negara diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

DTSS Bendahara Pengeluaran memberikan bekal teknis kepada para petugas/calon petugas untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, handal dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan anggaran yang berujung pada peningkatan kinerja di BMKG.

Dari sisi Teknik dan administrasi adalah satu hal yang saling melengkapi, data hasil pengamatan dan data hasil pencatatan keuangan menekankan unsur akurasi sebagai syarat kualitasnya. Keduanya merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat dan bukti bahwa telah menjalankan amanah yang telah diberikan, tutup Deputi Bidang Meteorologi.

Diklat Teknis Observasi Meteorologi diikuti 34 peserta terdiri dari 29 peserta stasiun meteorologi BMKG di daerah, 4 peserta dari TNI AURI, dan 1 peserta dari Negara Timor Leste. Sedangkan Diklat DTSS Bendahara Pengeluaran diikuti 30 peserta dari BMKG Pusat dan Daerah yang keduanya dilaksanakan dari tanggal 13 -19 Maret 2017.

Acara pembukaan diklat dihadiri Kapusdiklat BMKG, Kasubdis Meteo Disbang Ops AU Kolonel Sus. Hadi Isnadi, Ah.MG, Kasubid Penyelenggaraan I Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Tjahjanto dan Pejabat Eselon III - IV BMKG pusat.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024