Deputi Bidang Meteorologi BMKG Membuka Pelatihan Teknis Online Analisis Gelombang dan Arus Laut di Lingkungan BMKG

  • HB Risya
  • 01 Apr 2021
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Membuka Pelatihan Teknis Online Analisis Gelombang dan Arus Laut di Lingkungan BMKG

Jakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BMKG menggelar Pembukaan Pelatihan Teknis Online Analisis Gelombang dan Arus Laut di Lingkungan BMKG Tahun 2021 yang berlangsung secara virtual pada Kamis, (1/4).

Kepala Pusdiklat BMKG Maman Sudarisman dalam Laporan Pembukaannya menyampaikan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para prakirawan meteorologi maritim dalam layanan informasi meteorologi maritim, khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait teknik pengolahan data dan analisis gelombang dan arus laut.

Adapun sasaran setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan dapat menjelaskan konsep fisis gelombang dan wave spektrum, menjelaskan konsep dasar pergerakan arus laut, menerapkan teknik pengolahan data observasi dan numerik gelombang dan arus laut menggunakan sistem BMKG OFS, dan dapat mengaplikasikan teknik pre processing, processing dan post processing untuk pemodelan arus dan gelombang resolusi tinggi menggunakan software DELFT 3D.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam sambutannya menyampaikan tentang penting dan strategisnya peran SDM dalam keberhasilan layanan meteorologi maritim, maka kemampuan dan keahlian prakirawan perlu ditingkatkan, untuk itu diperlukan Pelatihan Teknis Analisis Gelombang dan Arus Laut yang mencakup penguasaan konsep fisis gelombang laut dan pergerakan arus laut, pengolahan data baik observasi maupun numerik pada BMKG Ocean Forecast System (OFS) serta pengaplikasian pemodelan arus dan gelombang laut resolusi tinggi sebagai upaya menjembatani kesenjangan kompetensi prakirawan meteorologi maritim.

"Melalui pelatihan ini, marilah kita mantapkan semangat bekerja dengan terus meningkatkan kompetensi, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan prima dengan penuh rasa tanggung jawab" tutupnya.

Pelatihan Teknis Analisis Gelombang dan Arus Laut Tahun 2021 diselenggarakan dari tanggal 1 sampai dengan 16 April 2021 secara daring dari masing-masing unit kerja peserta, dengan peserta berjumlah 30 orang yang merupakan perwakilan dari Kantor BMKG Pusat, STMKG, dan perwakilan dari Balai Besar MKG Wilayah I - V. Dalam kesempatan ini juga hadir Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Kepala Puslitbang BMKG, Ketua STMKG, Kepala Balai Besar MKG, Kepala UPT Daerah, serta perwakilan dari unit kerja lainnya di BMKG.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024