Cuaca Ekstrim Masih Terjadi, Tingkatkan Kewaspadaan

  • Dwi Rini
  • 25 Nov 2016
Cuaca Ekstrim Masih Terjadi, Tingkatkan Kewaspadaan

Jakarta, (25/11). Dari Februari hingga November 2016, seperti yang kita ketahui bahwa banyak bencana hidrometeorologi yang melanda negara Indonesia. Baru -baru ini terjadi cuaca ekstrim di beberapa wilayah Indonesia seperti Banjir dan Longsor Jawa Barat dan banjir Belitung 13-14 November 2016. Kondisi cuaca ekstrim ini perlu diwaspadai karena masih berlangsung pada awal tahun 2017, seperti siaran pers yang telah disampaikan BMKG terkait kondisi cuaca terkini (28 Oktober 2016).

Beberapa faktor yang mendominasi kondisi dinamika atmosfer Indonesia adalah faktor regional dan lokal. Faktor tersebut meliputi aliran massa udara dingin(cold surge) Asia, pusaran angin (vortex), Badai tropis, dan aliran massa udara basah (MJO) yang mulai memasuki wilayah Indonesia Barat, seperti yang diutarakan Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng di depan puluhan media massa cetak, elektronik, dan online pada Jumat siang tadi.

"Hal tersebut berdampak pada kondisi cuaca ekstrim seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang, "lanjut Andi Eka.

Pada acara jumpa pers siang itu, Andi Eka pun menjawab pertanyaan yang sering muncul dari beberapa media massa "Bagaimana dengan kondisi faktor global faktor global (ENSO, IOD dan SML) saat ini? Apakah faktor global tersebut mengendalikan musim di Indonesia saat ini?"

Menjawab pertanyaan tersebut, Andi Eka menjelaskan La Nina saat ini masih dalam kondisi lemah, diprediksi bertahan hingga awal 2017, sementara Kondisi anomali Suhu Muka Laut (SML) yang hangat berkisar antara 2-4 derajad celcius mengindikasikan suplai uap air yang cukup kuat sebagai pendukung pembentukan pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. "Namun mulai Januari hingga Mei 2017 kondisi SML Indonesia akan berada dalam kondisi normal,"ucap Andi Eka Sakya.

Andi menambahkan dengan adanya aliran monsoon dingin Asia pada akhir November dan dibarengi dengan MJO sehingga diindikasikan potensi peningkatan intensitas hujan pada beberapa kawasan di wilayah Indonesia pada akhir November hingga awal Desember khususnya di wilayah Sumatera, Jawa bagian Selatan dan Barat , Kalimantan.

Kondisi Cuaca Ekstrim Masih Terus Terjadi

Sikap kewaspadaan terhadap cuaca ekstrim masih perlu ditingkatkan karena dalam seminggu kedepan diprakirakan potensi hujan lebat masih akan terjadi di Aceh, Sumatera Utara bagian Utara, Sumatera Barat, Lampung bagian Barat dan Utara, Banten, Jabodetabek bagian Selatan, Jawa Barat bagian Barat dan Selatan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat bagian Utara, Kalimantan Timur bagian Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian Utara. Selain itu, potensi gelombang tinggi dengan ketinggian antara 2.5 - 4.0 m berpotensi terjadi di Samudera Hindia Selatan Sumatera hingga Selatan Jawa.

Sementara Prediksi curah hujan sampai pertengahan tahun 2017 seperti yang diutarakan Andi Eka Sakya menunjukkan bahwa puncak musim hujan 2016/2017 di Indonesia akan terjadi pada periode bulan Desember-Januari-Februari. Sampai Desember 2016 sebagian besar wilayah Indonesia (96,7 %) memasuki Musim hujan, sisanya tersebar mulai Januari -Mei 2017 (terakhir masuk Maluku).

Sementara Sifat hujan berada sedikit Bawah Normal, artinya curah hujan pada periode tersebut sedikit lebih rendah dari kondisi Normalnya. Namun demikian hujan dengan intensitas sedang dan durasi lama harus tetap diwaspadai karena hujan-hujan tersebut dapat memicu terjadinya ancaman bencana banjir dan longsor atau bencana hidrometeorologis lainnya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024