Booth Menarik, BMKG Juara Pertama InaVest

  • Taufiq Kurniawan
  • 26 Mar 2018
Booth Menarik, BMKG Juara Pertama InaVest

Semarang - Minggu (25/3), BMKG mendapat penghargaan booth terbaik dalam InaVest 2018 yang diselenggarakan oleh Pemda Kota Semarang, tanggal 23 hingga 25 Maret di DP Mall lantai dasar. Booth BMKG memperkenalkan produk berupa data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika dengan cara-cara yang menarik pengunjung, diantaranya: game edukasi cuaca, peralatan observasi, info update cuaca, iklim, dan gempa bumi, video animasi, photobooth, souvenir, serta terbitan dalam bentuk brosur, komik, poster, dan majalah.

Terkait dengan kegiatan Indonesia Investasi (InaVest), BMKG memiliki peran penting terhadap investasi di Indonesia. Produk-produk BMKG berupa informasi MKG tidak hanya untuk keperluan kebencanaan, tapi juga untuk mendukung pembangunan infrastruktur, transportasi, pertanian dan lain-lain.

Pada acara diskusi InaVest, seorang petani kopi di Banjarnegara, menyampaikan permasalahan pada tanaman kopinya, ketika masa musim hujan bunga pada tanaman kopi banyak berguguran. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko menjelaskan terkait dengan masalah tersebut bahwa wilayah Banjarnegara memiliki musim hujan berkisar 6-8 bulan, lebih lama dibandingkan daerah Jawa bagian Pantura yang hanya berkisar 5-6 bulan. Kondisi ini perlu diantisipasi oleh para petani dengan berbagai upaya adaptasi.

Kemudian, Iis menjelaskan bahwa BMKG memiliki program Sekolah Lapang Iklim (SLI) bagi para petani dan nelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman iklim agar dapat meningkatkan hasil produksi pertanian atau perikanan. Informasi cuaca, iklim, dan gempabumi ter-update dapat juga diperoleh melalui media sosial dan aplikasi berbasis android ataupun IOS. Dengan demikian, masyarakat petani dengan mudah memperoleh informasi MKG, kapan dan dimanapun berada dengan syarat terkoneksi internet.

Penghargaan booth terbaik ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak, yakni BMKG Pusat dengan BMKG Semarang. Semua bidang MKG yang berada di BMKG Pusat memberikan materi pameran yang dikoordinir oleh Bagian Hubungan Masyarakat. Kemudian pelaksanaan kegiatan pameran melibatkan pihak BMKG Semarang yang menurunkan petugas terbaiknya dan beberapa peralatan observasi, display, dan lain-lain. Pada kesempatan tersebut, Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Tangerang Selatan, Joko Siswanto dan Kepala Stasiun Klimatologi Semarang, Tuban Wiyoso turut meninjau booth BMKG.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024