BMKG Wilayah IV Makassar Gelar Rekonsiliasi Keuangan Semester II Tahun 2017

  • Rachmat Hidayat
  • 29 Jan 2018
BMKG Wilayah IV Makassar Gelar Rekonsiliasi Keuangan Semester II Tahun 2017

Makassar - Sulawesi Selatan, Upaya BMKG untuk mencapai good governance dalam hal pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara, akuntabel dan transparan serta sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), sekaligus merupakan upaya mempertahankan opini WTP.

Berkaitan dengan hal itu, BBMKG Wilayah IV Makassar menyelenggarakan Rapat Rekonsiliasi laporan keuangan semester II Tahun 2017 yang bertujuan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran, pelaporan SAKPA dan SIMAK barang milik negara di tingkat satuan kerja wilayah dan pusat, dengan sasaran tersusunnya laporan SAKPA dan SIMAK BMN yang baik, handal, terukur, resmi dibuka oleh Sekretaris Utama BMKG Dr. Widada Sulistya, DEA di Ballroom Alamanda hotel Aryaduta Makassar, Senin (29/1/2018).

Dalam sambutan dan pengarahan sekretaris utama BMKG menyampaikan bahwa tantangan BMKG kedepan semakin berat, dikarenakan Kondisi geografis Indonesia sangat dinamis dengan tingkat kerentanan dan kerawanan terhadap bencana meningkat; Tuntutan masyarakat akan informasi cuaca, iklim dan gempabumi; program pemerintah dalam mendorong poros maritim dunia; Perkembangan teknologi informasi; dan anggaran APBN kita sangat terbatas.

Menjawab 5 poin permasalahan tersebut, menurutnya perlu langkah-langkah yang konkrit, terencana, terintegrasi dan terukur antara lain: Menumbuhkan semangat inovasi, perluas kerjasama dengan stakeholder BMKG, Membangun Big data analytic dengan menerapkan Artificial Intelligent, Melakukan refocusing anggaran, Membangun branding BMKG dan meningkatkan kompentensi SDM.

"Oleh sebab itu, seluruh jajaran BMKG dari level pimpinan tinggi hingga level dasar harus mempunyai komitmen yang sama membangun lompatan pelayanan informasi MKG melalui berbagai inovasi, baik bidang SDM dan pengelolaan organisasi, serta teknologi (instrumentasi, rekayasa dan jaringan komunikasi)". Tegas Dr. Widada Sulistya.

Melalui Rekonsiliasi Laporan Keuangan BMKG Semester II Tahun 2017, Sekretaris Utama berharap kegiatan ini menjadi bagian dukungan akuntabilitas penyelenggaraan layanan MKG. Pertama, rekonsiliasi merupakan bagian dari mekanisme fasilitasi penyusunan dan penyampaian laporan keuangan Kementerian/Lembaga kepada Menteri Keuangan, dan Kedua, rekonsiliasi merupakan wahana untuk menyamakan persepsi dalam pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan BMKG oleh BPK RI.

Rekonsiliasi penyusunan laporan keuangan BBMKG Wilayah IV Makassar mengambil tema "Melalui Rekonsiliasi Semester II Tahun 2017, Kita Tingkatkan Akuntabilitas dan Transparansi Laporan Keuangan". Kegiatan yang diikuti dari 39 Satker/UPT wilayah IV Makassar, dengan narasumber yang terdiri dari pejabat dan staf BMKG Jakarta, Pejabat BBMKG wilayah IV, serta DJPB dan DJKN Kementerian Keuangan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024