BMKG Pastikan Peralatan Pengamatan Cuaca Penerbangan dalam Kondisi Prima Jelang Libur Lebaran 2022

  • Miftah Fauziah
  • 14 Apr 2022
BMKG Pastikan Peralatan Pengamatan Cuaca Penerbangan dalam Kondisi Prima Jelang Libur Lebaran 2022

Tangerang (13/4/22) - Menyambut libur lebaran 2022, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, memastikan seluruh peralatan penunjang keselamatan penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta dalam keadaan prima.

"Mudik 2022 ini diperkirakan menjadi mudik tersibuk akibat selama dua tahun terakhir banyak warga yang tertahan tidak mudik. Karenanya, kami terus memastikan bahwa seluruh peralatan yang dimiliki BMKG berjalan dengan baik tanpa gangguan sekecil apapun," ungkap Dwikorita saat berkunjung ke Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten, Rabu (13/4/2022).

Dwikorita yang turut didampingi Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto, dan Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan, Edison Kurniawan, meninjau kesiapan alat pengamatan AWOS (Automated Weather Observing System). AWOS tersebut dilengkapi sejumlah sensor seperti sensor suhu dan kelembaban, sensor tekanan, sensor curah hujan, sensor arah dan kecepatan angin, dan sensor radiasi matahari.

Tidak lupa, ia juga meninjau performa display Radar dan Satelit Cuaca, LIDAR (Light Detection and Ranging), TDWR (Terminal Doppler Weather Radar), Wind Profiler, WODS (Weather Observing Display System), serta LLWAS ( Low Level Wind Shear Alert System) yang berada di ujung landasan Bandara Soekarno-Hatta.

"Alat-alat ini berperan penting dalam menjaga keselamatan penerbangan terutama saat take off dan landing ataupun ataupun selama berada di jalur penerbangan. BMKG mendukung navigasi khususnya untuk meberikan informasi cuaca secara realtime ataupun secara prediktif 6 jam sebelum terbang," ujarnya.

Dwikorita menyebut bahwa data-data seperti iklim dan cuaca, arah angin, curah hujan dan sebagainya yang dikeluarkan BMKG sangat penting dalam membuat rencana penerbangan (flight plan). Data tersebut berperan signifikan dalam menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Dwikorita juga mengunjungi JATSC (Jakarta Air Traffic Service Centre) yang berlokasi di kawasan Bandara Soekarno-Hatta. Berbagai informasi cuaca penerbangan hasil pengamatan BMKG disajikan melalui sejumlah alat display di tower ATC (Air Traffic Controller). Data dari peralatan pengamatan BMKG berfungsi untuk membantu pengaturan lalu lintas udara dengan melihat data pergerakan pesawat yang disandingkan dengan radar dan satelit cuaca terupdate. Data BMKG juga berguna untuk membantu efisiensi holding maupun takeoff atau landing.

General Manager JATSC, Endaryono, yang menyambut rombongan BMKG mengungkapkan bahwa kerjasama BMKG dengan JATSC berjalan sangat baik. Ia mengapresiasi kinerja BMKG khususnya Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta Cengkareng yang selama ini secara rutin terus memberikan informasi cuaca penerbangan kepada JATSC.
"BMKG telah memberikan layanan informasi cuaca dengan baik, memberikan data cuaca yang akurat juga tepat, dan selama ini berkoordinasi dengan stakeholder pengguna jasa penerbangan dengan baik", tuturnya di sela kunjungan.

Dwikorita menegaskan, bahwa setiap penerbangan harus selalu memperhatikan faktor alam termasuk meteorologi. BMKG pun dituntut untuk menghasilkan data dan informasi yang tidak hanya detail, namun juga cepat, tepat, dan akurat.

"Karenanya, secara rutin BMKG melakukan pengecekan kondisi alat dan melakukan kalibrasi alat guna memastikan seluruh peralatan berfungsi dengan baik sehingga tujuan akhir, yaitu keselamatan masyarakat dapat terwujud", pungkasnya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024