BMKG Menggandeng Kemenhub dan PUPR Hadapi Bencana Hidrometeorologis

  • Murni Kemala Dewi
  • 26 Jan 2018
BMKG Menggandeng Kemenhub dan PUPR Hadapi Bencana Hidrometeorologis

Jakarta - Mengangkat tema "Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi dalam Menghadapi Risiko Bencana Hidrometeorologis" BMKG bekerjasama dengan KAGAMA dan Kompas, mengadakan talkshow di gedung Auditorium BMKG, Kemayoran (26/1).

Bencana hidrometeorologis yang diakibatkan oleh cuaca antara lain banjir, putting beliung, longsor, banjir rob, kebakaran hutan, El Nino dan La Nina, telah banyak mengganggu kelancaran pembangunan negara sejak lampau. Cuaca ekstrim juga turut serta memberikan sumbangsih dalam mengganggu jalur transportasi di Indonesia.

Hal inilah yang membuat BMKG menggandeng Kompas dan KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada) untuk mengadakan talkshow dengan narasumber Menteri Perhubungan Bapak Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR Bapak Basoeki Hadimoeljono, Kepala BMKG Ibu Dwikorita Karnawati serta Anggota Komisi V DPR Bapak Yoseph Umar Hadi. Sementara itu Wartawan Senior Kompas, Banu Astono, didaulat menjadi moderator dalam acara tersebut.

Menteri PUPR dalam talkshow ini menyampaikan pentingnya peran Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keberlangsungan proyek infrastruktur negara. Beliau mengatakan, BMKG dapat membantu PUPR terutama mengenai masalah data terkait keadaan alam pada saat perencanaan pembangunan, hingga sampai nanti pelaksanaannya. Beliau menilai, BMKG dapat mendukung berbagai proyek infrastruktur yang diprakarsai Kementerian PUPR.

Sementara itu, Menteri Perhubungan juga menyampaikan peran BMKG juga sangat penting terkait masalah perhubungan. Menurut beliau, BMKG berperan aktif dalam menjamin kelancaran transportasi. Oleh karena itu beliau berharap BMKG bisa terus meningkatkan peran sertanya dalam menjamin keselamatan masyarakat.

Anggota Komisi V DPR, juga menyampaikan dukungan penuh terhadap BMKG. Beliau meminta masyarakat serta pemerintah untuk semakin sadar dengan MKG (meteorologi, klimatologi dan geofisika). Karena jika pemerintah merujuk pada undang-undang maka peran BMKG bukan hanya sekedar saat bencana saja, namun berperan besar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kepala BMKG sendiri menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan semua pihak terhadap BMKG. Beliau menyampaikan bahwa masalah penambahan peralatan serta peremajaan peralatan pengamatan demi menunjang keakuratan data pengamatan perlu dilakukan segera. Selama ini dengan semua keterbatasan yang dihadapi oleh BMKG, berkat skill yang dimiliki oleh para pegawai BMKG maka keakuratan data bisa dipenuhi semaksimal mungkin. Namun alangkah lebih baik jika skill ini didukung oleh peralatan yang menunjang dan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024