BMKG Menganugerahi Megawati Soekarnoputri Sebagai Tokoh Pelopor Penguatan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

  • Miftah Fauziah
  • 26 Nov 2019
BMKG Menganugerahi Megawati Soekarnoputri Sebagai Tokoh Pelopor Penguatan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Jakarta (25/11)- BMKG menggelar acara penganugerahan kepada Megawati Soekarnoputri yang telah berjasa sebagai Tokoh Pelopor Penguatan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Acara ini dilangsungkan di Auditorium BMKG dengan dihadiri banyak tokoh penting seperti Ketua DPR RI, Ketua BPK RI, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, para Kepala Lembaga Non Kementerian, serta para Kepala Daerah.

Penganugerahan Presiden ke-5 Republik Indonesia ini tidak luput dari jasa beliau dalam mendukung modernisasi BMKG untuk kemanusiaan dan lingkungan. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam sambutannya menceritakan kilas balik pada tahun 2002 lalu, ketika kapasitas BMKG saat itu masih sangat terbatas dari segi fasilitas untuk observasi, analisis dan penyebarluasan informasi, serta sumberdaya manusianya.

"Keterbatasan tersebut merupakan hambatan bagi BMKG yang saat itu berada di bawah Kementerian Perhubungan, untuk melakukan prediksi dan memberikan informasi kepada masyarakat, " kenangnya.

Dampak yang lebih besar lagi, lanjut Dwikorita, bahwa keterbatasan tersebut mengakibatkan masyarakat tidak siap dalam menghadapi ancaman keselamatan kemanusiaan dan keberlanjutan kualitas lingkungan. Menyadari hal tersebut, Presiden Megawati saat itu sudah sangat memahami bahwa informasi BMKG sangat dibutuhkan untuk memantau dan memprediksi fenomena alam dan lingkungan, demi keselamatan masyarakat dan keberhasilan layanan berbagai sektor (Lingkungan Hidup, Pertanian, Kehutanan, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Kesehatan, dan lain sebagainya).

Akhirnya pada tahun 2002 diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 46 dan 48 yang berisi bahwa Badan Meteorologi dan Geofisika diperkuat dan dimodernisasikan fasilitasnya, dengan dilompatkan statusnya sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen, yaitu sebagai Badan yang setara Kementerian.

"Sangat diyakini, tanpa dorongan dari Presiden Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri, maka keputusan presiden ini akan sulit untuk diterbitkan," ungkap Dwikorita. Penerbitan Keputusan Presiden ini, sambung Dwikorita, merupakan tonggak penting dalam perkembangan penyelenggaraan pemerintahan di bidang meteorologi dan geofisika. Selain itu, melalui penerbitan Keputusan Presiden ini, peran BMKG menjadi lebih mandiri dalam mendukung pembangunan nasional.

Megawati Soekarnoputri sebagai penerima anugerah merasa tidak menduga akan mendapatkan kehormatan ini. "Saya sendiri sebetulnya berpikir, kami itu ditugaskan oleh Gus Dur pada waktu itu. Memang keputusannya dibuat ketika saya menjadi presiden, tapi sebenarnya penugasannya itu ketika saya sebagai wapres", tuturnya. Megawati bercerita bahwa kala itu Indonesia sedang mengalami keprihatinan yang cukup besar akibat resesi dunia pada tahun 1997 yang membuat Indonesia saat itu kesulitan dalam hal keuangan.

"Sebagai wapres saat itu saya banyak ditugaskan oleh presiden, antara lain menangani masalah BPPN serta kebencanaan. Ketika saya buka urusan bencana, saya kaget, kenapa kok adanya di Kementerian Perhubungan ya?" kisahnya. Saat itu Megawati berpikir bahwa jika urusan kebencanaan masih di bawah Kementerian, akan memakan waktu koordinasi yang sangat panjang untuk mengambil keputusan, sementara korban bencana akan terus berjatuhan karena kejadian bencana sangatlah cepat.

Maka setelah berdiskusi dengan Presiden Gus Dur kala itu, diputuskanlah untuk membuat perubahan pada struktur pemerintahan. BMKG diberi status sebagai Badan yang setara Kementerian dengan mengemban tugas sebagai pelaksana dan pertanggungjawabannya langsung kepada presiden.

Bertolak dari Keputusan Presiden tersebut, membawa BMKG mampu membangun sistem-sistem operasional yang modern dan berkelas dunia sehingga dapat memberikan layanan informasi dalam rangka mendukung keselamatan jiwa dan harta, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan melalui penyediaan informasi dan peringatan dini.

Modernisasi BMKG, membawa peranan BMKG sangat dibutuhkan masyarakat terkait kebutuhan informasi meteorologi (cuaca), Klimatologi (Iklim), dan Geofisika (Gempabumi dan Tsunami). Ditambah lagi, BMKG telah mendapatkan kepercayaan masyarakat serta berperan aktif dalam lingkup nasional maupun internasional.

Menyadari kondisi inilah, BMKG dengan PDI-P dapat kembali saling bersinergi melalui pembaruan kerjasama melalui penandatanganan MoU kerjasama untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memahami informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika melalui kegiatan sosialusasi dan pelatihan yang dilaksanakan bersama. Tidak hanya itu, PDI-P pun melakukan penandatanganan MoU kerjasama dengan BNPP dan BNPB.

Modernisasi BMKG, Lakukan Inovasi Layanan Publik

Belasan tahun berlalu sejak awal kebangkitan modernisasi BMKG, hari ini visi dan misi Presiden Ke-5 RI diwujudkan melalui peluncuran beberapa produk unggulan BMKG. Melalui Kedeputian Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi, BMKG meluncurkan Aplikasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP Online) BMKG, Aplikasi Sistem Informasi Bantuan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (SIBATIK) BMKG dan Aplikasi Sistem Informasi Pemeliharaan Alat Utama (SIMPEL) BMKG.

Melalui aplikasi - aplikasi tersebut, diharapkan BMKG mampu memberikan layanan informasi multisektoral yang semakin optimal kepada masyarakat, sekaligus mewujudkan visi BMKG untuk memberikan layanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang cepat, tepat, akurat, luas jangkauannya, dan mudah dipahami.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024