BMKG Mendukung Kemenkes RI dalam Upaya Penguatan Tenaga Kesehatan Indonesia

  • Ayu Isrianti Putri
  • 21 Des 2022
BMKG Mendukung Kemenkes RI dalam Upaya Penguatan Tenaga Kesehatan Indonesia

Jakarta 21 Desember 2022 - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman secara daring dengan Kementerian Kesehatan RI tentang Pelayanan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika khususnya dalam mendukung Sektor Kesehatan. Kegiatan yang diselenggarakan bersamaan dengan acara pertemuan pencanangan dan sosialisasi tenaga cadangan kesehatan ini dihadiri oleh Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin.

Pelaksanaan Penandatanganan Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk menghadapi krisis bencana alam yang terjadi di Indonesia. secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya krisis kesehatan di masyarakat terutama masyarakat yang berada dalam area terkena bencana.

Dalam Pembukannya, Dwikorita menjelaskan bahwa Indonesia memiliki letak strategis, diantara dua samudera besar sehingga memiliki karakteristik fenomena cuaca dan iklim yang lebih kompleks dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia juga dikelilingi oleh Lempeng aktif, Indo Australia dan Eurasia yang menyebabkan Indonesia rawan dengan fenomena gempa Bumi.

Berdasarkan hal tersebut, Dwikorita berterimakasih dan mengapresiasi upaya penguatan tenaga kesehatan cadangan dengan melibatkan BMKG sebagai salah satu element pendukung. Melalui upaya ini diharapkan sinergitas dan efektifitas untuk mengurangi korban jiwa pada saat terjadi bencana bisa dilakukan dengan baik.

BMKG akan memberikan kontribusi berupa informasi gempa,cuaca dan iklim yang dapat di akses melalui aplikasi InfoBMKG secara real time agar para tenaga kesehatan dapat bekerja secara cepat,tepat dan akurat untuk membantu wilayah mana sajakah yang terkena bencana alam .

Adapun Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi :

  1. Pemanfaatan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dalam bidang Kesehatan;
  2. Pengembagan Program Kesehatan terkait bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika;
  3. Pengembangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika untuk mendukung program Kesehatan;
  4. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia;
  5. Pemanfaatan sarana dan prasarana.

Acara dibuka oleh sekjen Kemenkes indonesia Kunta wibawa Dasa Nugraha. dalam pembukaan kegiatan pencanangan dan sosialisasi cadangan kesehatan sekjen kemenkes mengangkat krisis kesehatan bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Kegiatan ini di hadiri pula oleh Kepala BNPB, Para Kepala Dinas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan juga berbagai macam organisasi dan stakeholder yang terkait.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024