BMKG Lanjutkan Program ToT Sekolah Lapang Iklim untuk Anggota Colombo Plan

  • Hatif Thirafi
  • 31 Agu 2021
BMKG Lanjutkan Program ToT Sekolah Lapang Iklim untuk Anggota Colombo Plan

BMKG bekerja sama dengan Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara dan Colombo Plan Secreariat in Sri Lanka menyelenggarakan Opening Ceremony Training of Trainer Climate Field School (ToT CFS) 2021, Senin (23/8).

Pelatihan ini merupakan kelanjutan (tahap kedua dari Pelatihan Sekolah Lapang Iklim) dari tahap pertama yang telah dilaksanakan dengan sukses secara tatap muka pertama pada Bulan Juni 2019 di Pusdiklat BMKG, Citeko, Bogor, Jawa Barat.

Pelatihan TOT CFS kali ini diikuti oleh 38 Forecaster dan staf kantor pemerintah yang telah diseleksi dan berasal dari Negara-Negara anggota Colombo Plan yaitu dari Bangladesh, Indonesia, Nepal, Sri Lanka, Filipina, dan Vietnam. Kegiatan pembelajaran telah dirancang untuk memungkinkan mereka memahami dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang informasi iklim untuk mendukung kegiatan pertanian.

Pelatihan kali ini mengusung tema "Membangun Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan melalui Sekolah Lapangan Iklim untuk Pertanian", dengan metode pembelajaran terdiri dari asynchronous, kelas webinar, tugas individu, serta proyek kelompok kolaborasi. Pembelajaran asinkron dilakukan di Learning Management System (LMS) BMKG berbasis Moodle pada tanggal 17-21 Agustus 2021, sedangkan pelatihan virtual berlangsung pada tanggal 23-27 Agustus 2021.

Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal Colombo Plan Secretariat, Yang Mulia Duta Besar Phan Kieu Thu, dan Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, Samidi Fahrudin. Selanjutnya, Dr. Urip Haryoko selaku Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG menekankan kesediaan Indonesia untuk mengambil kesempatan penting ini untuk mentransfer dan berbagi pengalaman dalam melakukan Sekolah Lapang Iklim, untuk diadaptasi di negara masing-masing peserta.

Indonesia khususnya BMKG berkomitmen kuat untuk berkontribusi pada pengembangan kapasitas global berdasarkan solidaritas, kemitraan, dan kerja sama, dan nantinya akan dapat memberdayakan orang lain dan mendorong implementasi adaptasi perubahan iklim, untuk dunia yang lebih baik bagi semua orang.

Setelah seminggu sesi sinkron, Pelatihan Pelatih Sekolah Lapangan Iklim berakhir, dan ditutup dengan Closing Ceremony pada hari Jumat 27 Agustus 2021, dan dilaksanakan secara virtual menggunakan platform Zoom Meeting.

Pada kesempatan tersebut, Ida Ayu Yulie Primashanti selaku Koordinator Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular, Biro KTLN Kementerian Sekretariat Negara RI serta Anni Arumsari Fitriany (Koordinator Bidang Kerja Sama BMKG) menyampaikan apresiasi dan kegembiraan kepada para peserta. Keduanya mengapresiasi kerja keras para peserta dan mengucapkan terima kasih kepada para Trainers dan Fasilitator yang memiliki dedikasi tinggi demi suksesnya Pelatihan TOT CFS ini.

Peserta telah mendapatkan pengetahuan baru tentang pengenalan instrumen meteorologi, pemahaman prediksi iklim dan variabilitas iklim, pembentukan awan dan hujan, iklim ekstrim, dan ketidakpastian iklim, serta kalender musim tanam.

Peserta juga bekerja secara kolaboratif untuk merancang rencana sesi pembelajaran dan mendiskusikan bagaimana kegiatan pembelajaran dapat membantu pencapaian tujuan.

Sebuah tugas diberikan kepada peserta untuk memastikan pembelajaran berlangsung. Masa tenggang dua minggu diberikan kepada masing-masing peserta pelatihan untuk memberi kesempatan merancang rencana pembelajaran secara individu dan melatih keterampilan penyampaian mereka dalam video micro-teaching. Kedua penugasan ini akan melengkapi kegiatan wajib/mandatory untuk penerbitan sertifikat.

Direncanakan bahwa pelatihan online ini akan dilanjutkan dengan pelatihan tahap tatap muka pada tahun 2022 mendatang. Beberapa peserta akan dipertimbangkan untuk diundang ke Pusdiklat BMKG di Citeko, Jawa Barat, berdasarkan hasil penugasannya. BMKG, Biro KTLN, dan Colombo Plan Secretariat berharap dapat berkolaborasi kembali sehingga dapat bertemu Anda secara langsung tahun depan di Pusdiklat BMKG yang juga sebagai Regional Training Centre of WMO di Citeko, Jawa Barat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024