BMKG Lakukan Pemetaan Daerah Rendaman Tsunami Palu-Donggala

  • Murni Kemala Dewi
  • 02 Okt 2018
BMKG Lakukan Pemetaan Daerah Rendaman Tsunami Palu-Donggala

JAKARTA (1 Oktober 2018) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pemetaan daerah rendaman tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Pemetaan tersebut nantinya membagi wilayah Palu dan Donggala dalam sejumlah zona meliputi zona aman dan zona tidak aman.

"Pemetaan ini sangat berguna bagi pemerintah daerah sebagai dasar pertimbangan rencana pembangunan tata ruang di wilayah pesisir, termasuk rencana evakuasi jika terjadi tsunami di wilayah tersebut," ungkap Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly di Jakarta, Senin (1/10).

Sadly mengatakan, BMKG telah menerjunkan tim sesaat setelah gempa untuk melakukan survey pasca gempa dan sosialisasi di wilayah terdampak. Survey yang dilakukan terdiri dari survey makroseismik, survey mikroseismik, survey mikrozonasi, dan survey pasca tsunami.

"Begitu terjadi gempa (28/9) BMKG langsung mengirim tim survey menuju Palu dan Donggala. Medan yang sulit dilalui dan minimnya pasokan listrik menjadi kendala utama kami," imbuhnya.

Sadly menjelaskan, survey makroseismik adalah pemantauan kerusakan di lapangan pasca gempabumi. Survei ini diperlukan untuk memvalidasi tingkat guncangan gempa di wilayah terdampak. Sedangkan survey mikroseismik adalah pemantauan gempabumi susulan pasca gempabumi utama untuk memantau perkembangan gempa-gempa susulan. Pemantauan dilakukan dengan memasang sensor gempa portable di beberapa lokasi.

"Hasil monitoring gempa susulan ini dijadikan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam menentukan keputusan kapan masyarakat dapat kembali lagi ke rumah mereka. Disamping itu juga untuk menangkal maraknya beredar kabar hoax pasca bencana gempa," tuturnya.

Adapun survey mikrozonasi, lanjut Sadly adalah tinjauan daerah rawan gempabumi yang dibagi dalam luas tertentu. Hasil pemetaan mikrozonasi bermanfaat sebagai pedoman pemafaatan lahan untuk mengetahui zona yang aman untuk pembangunan serta hunian. Sementara survey pasca tsunami adalah peninjauan jejak-jejak gelombang tsunami dimulai dari pesisir hingga ke daratan. Survei ini, tambah dia, sangat diperlukan untuk memvalidasi hasil modeling tsunami yang telah dilakukan BMKG pada saat mengeluarkan Peringatan Dini Tsunami.

Waspada Kabar Hoax

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Sadly meminta kepada seluruh masyarakat Palu dan sekitarnya untuk tidak mempercayai begitu saja berita tentang gempa dan tsunami yang marak beredar lewat media sosial. Menurut Sadly, kabar bohong tersebut sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kepanikan di masyarakat.

"Hingga saat ini, belum ada cara ataupun teknologi untuk memprediksi secara tepat kapan dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi," imbuhnya.

Sadly mengatakan, BMKG menjadi satu-satunya institusi yang bertugas untuk mengupdate prakiraan cuaca, maritim, penerbangan, iklim, kualitas udara, gempabumi, dan tsunami selama 24 jam penuh. Oleh karena itu, Ia berharap agar masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai kabar bohong yang banyak beredar lewat media sosial.

"Ikuti instruksi petugas yang ada di lapangan. Jangan terpengaruh oleh kabar atau berita yang tidak diketahui asal muasalnya. Pastikan informasi hanya diperoleh dari BMKG," ujarnya. (*)

Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024