BMKG Kukuhkan Masyarakat Siaga Tsunami di Padang Pariaman

  • Kholis Nur Cahyo
  • 08 Mar 2023
BMKG Kukuhkan Masyarakat Siaga Tsunami di Padang Pariaman

Padang Pariaman (07 Maret 2023) - Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Suko Prayitno Adi mengukuhkan secara Nasional Masyarakat Siaga Tsunami untuk Nagari Tapakis sebagai percontohan untuk masyarakat Nagari-Nagari lainnya di Kabupaten Padang Pariaman. Pengukuhan ini adalah sebagai hasil verifikasi dokumen dan lapangan terkait kesiapan nagari dalam membentuk nagari siaga tsunami (Tsunami Ready Community) oleh Tim Penilai yang berasal dari latar belakang ilmu meliputi BRIN, ITB, Kemendagri, BNPB dan BMKG.

Kabupaten Padang Pariaman yang merupakan salah satu wilayah yang memiliki keindahan dan kekayaan alam, disisi lain patut disadari bahwa Padang Pariaman adalah daerah yang memiliki potensi gempabumi dan tsunami. Hal ini dikarenakan letak pantainya di bagian Barat yang berhadapan dengan zona sumber gempabumi megathrust, yang menurut para pakar memiliki potensi magnitudo cukup besar.

Belajar dari masa lalu bahwa gempa Padang dan Padang Pariaman tahun 2009 yang sangat merusak saat itu berdasarkan sumbernya dipicu deformasi atau pecahnya slab Lempeng Samudra (Lempeng Indo-Australia) di bawah zona megathrust yang menunjam ke bawah Lepas Pantai Padang Pariaman. Gempa semacam ini oleh para ahli disebut sebagai gempa dalam lempang atau "Intra-Slab Earthquake".

Fakta tersebut dapat menjadi dasar untuk terus mendorong upaya kesadaran sebagaimana yang dilakukan saat ini yaitu menyiapkan masyarakat siaga tsunami dengan terus membangun kesadaran akan potensi bencana khususnya gempabumi dan tsunami.

"Apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dan komunitas Nagari Tapakis yang telah bekerja cerdas dalam melengkapi 12 indikator Tsunami Ready Community dengan mengambil pelajaran dari peristiwa gempabumi masa lalu, khususnya Gempabumi Padang 30 September 2009 serta adanya potensi Megathrust di Barat Sumatera, agar dapat membuat strategi mitigasi demi terwujudnya keselamatan masyarakat di Nagari Tapaki," ujar Suko.

Kerjasama antara BMKG dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang Pariaman mempersiapkan 12 indikator yang harus dipenuhi untuk lolos sebagai masyarakat siaga tsunami. Indikator yang dimaksud meliputi penyediaan zona bahaya tsunami, mengidentifikasi jumlah orang yang berisiko dalam zona bahaya tsunami, serta menyediakan sarana yang memadai untuk menyebarkan peringatan tsunami kepada masyarakat setempat. Total 14 nagari di Kabupaten Padang Pariaman dipersiapkan menjadi masyarakat siaga tsunami untuk selanjutnya dikukuhkan secara nasional dan diusulkan ke UNESCO nantinya.

Suko juga menambahkan bahwa Pengukuhan secara Nasional Masyarakat Siaga Tsunami untuk Nagari Tapakis ini harapannya dapat segera menyusul untuk menjadi masyarakat siaga tsunami selanjutnya di wilayah pesisir lain di Kabupaten Padang Pariaman. Setelah pengukuhan dilanjutkan dengan launching Program IDRIP (Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project), sebuah program untuk mitigasi bencana.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024