BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim untuk Nelayan dan Penyuluh Perikanan

  • Ayu Isrianti Putri
  • 11 Agu 2017
BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim untuk Nelayan dan Penyuluh Perikanan

Lombok Barat (10/8/2017) - Setelah tahun - tahun sebelumnya sukses menggelar Sekolah Lapang Iklim Pertanian, tahun ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat untuk pertama kalinya akan melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang diperuntukkan khusus kepada nelayan dan penyuluh perikanan di NTB. Kegiatan ini dilaksanakan bertempat di Fave Hotel Mataram, 8 - 11 Agustus 2017.

Kegiatan ini diikuti oleh 25 peserta dari 5 Kabupaten / Kota se-pulau Lombok dengan berbagai latar belakang seperti dari Nelayan, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Wildlife Conservation Society (WCS), Pelabuhan Perikanan, serta Penyuluh Perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Tujuan SLI Nelayan ini diharapkan dapat dijadikan wadah untuk berbagi ilmu pengetahuan dari BMKG ke penyuluh terkait pelayanan informasi cuaca dan iklim Maritim, memberikan pengetahuan kepadan penyuluh perikanan/ petugas dinas terkait tentang iklim dan kemampuan antisipasi dampak gejala iklim ekstrim terhadap kegiatan perikanan, meningkatkan diseminasi layanan informasi Meteorologi Maritim kepada penyuluh, memberikan pemahaman informasi iklim serta pemanfaatannya secara optimal untuk menunjang keberhasilan pembangunan di sektor perikanan.

SLI Nelayan Provinsi NTB Tahun 2017 ini dibuka langsung oleh Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika wilayah III, Drs. Moh. Taufik Gunawan, Dipl.Seis. Dalam sambutannya beliau menyampaikan sangat penting untuk memahami informasi cuaca dan iklim, karena nantinya merekalah yang akan menjadi perpanjangan tangan dari BMKG agar seluruh informasi yang diberikan dapat dipahami dan dimengerti oleh para Nelayan. Acara pembukaan ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Ir. Lalu Hamdi, M.Si, Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Meteorologi Maritim BMKG, Andri Ramdhani, S.Kom, M.Si, serta seluruh kepala UPT BMKG se-Pulau Lombok.

Selama kegiatan berlangsung, para Peserta SLI Nelayan NTB 2017 akan diberikan Pemahaman tentang gambaran potensi kelautan yang dimiliki oleh Provinsi NTB, dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Pemahaman Cuaca dan Iklim, Pembentukan Awan, Hujan dan Gelombang serta pemahaman Informasi Cuaca Kelautan yang diberikan BMKG. Kegiatan yang berlangsung selama 4 hari ini menggunakan metode partisipatif dan keterlibatan peserta dalam proses pembelajaran. ::: Staklim Lombok Barat - NTB

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024