BMKG Gelar Rapat Prakiraan Musim Kemarau (PMK) 2020

  • Hatif Thirafi
  • 26 Feb 2020
BMKG Gelar Rapat Prakiraan Musim Kemarau (PMK) 2020

Jakarta - Pusat Informasi Perubahan Iklim Kedeputian Klimatologi BMKG menyelenggarakan Rapat Prakiraan Musim Kemarau 2020 di Harris Vertu Hotel Harmoni, Jakarta. Acara yang akan diselenggarakan selama 4 hari ini resmi dibuka oleh Deputi Bidang Klimatologi Herizal pada Selasa, (25/2).

Rapat Prakiraan Musim Kemarau (PMK) 2020 merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilakukan sebagai ajang koordinasi dan sinkronisasi produk prakiraan musim yang dilakukan oleh BMKG Pusat dengan UPT daerah sesuai dengan zona musim masing-masing. Target yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah Prakiraan Musim Kemarau skala nasional.

Kegiatan ini melibatkan para forecaster dari BMKG Pusat, UPT daerah yang terdiri dari Stasiun Klimatologi, Stasiun Meteorologi Koordinator dan Stasiun GAW (Global Atmosphere Watch), serta narasumber dari Puslitbang BMKG, IPB, JICA (Japan International Cooperation Agency) dan dari Kedeputian Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG.

Rapat Prakiraan Musim Kemarau 2020 ini merupakan salah satu rangkaian dari tahapan penyiapan prakiraan musim, mulai tingkat bidang, pusat, kedeputian, BMKG, dan nasional. Selanjutnya, akan dibahas dengan melibatkan instansi/perguruan tinggi dalam National Climate Outlook Forum (NCOF), sebelum dilakukan press release.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati berkesempatan memberikan arahan kepada peserta rapat dalam rangkaian acara pembukaan. Dwikorita menekankan perlunya menjawab berbagai tantangan global seperti kemampuan mengadopsi teknologi baru yang berkembang pesat dan krisis pangan akibat kerusakan lingkungan.

"BMKG menuju world class dan socio entrepreneur telah dicanangkan dalam kerangka pembangunan BMKG 2020 - 2024 yang bertema integrasi dan otomatisasi layanan menuju inovasi 5.0. Oleh karena itu, daya saing SDM BMKG perlu ditingkatkan," ujar Dwikorita.

Dwikorita menambahkan, saat ini peranan informasi klimatologi telah dirasakan oleh masyarakat, terutama pada berbagai bidang seperti sektor pertanian, ketahanan pangan, pengurangan risiko bencana, energi, kesehatan dan air. Semua itu tidak dapat terlepas dari proses rapat pembahasan musim sebagai tahapan utama dan fundamental dalam penyiapan informasi iklim. Hasil prakiraan ini telah ditunggu oleh masyarakat dan pemangku kebijakan.

"Saat ini kepercayaan publik terhadap BMKG telah sangat meningkat, terlihat dari meningkatnya jumlah follower sosial media info BMKG (instagram, Facebook dan Youtube). Hal ini perlu dijaga, salah satunya yaitu dengan cara menyampaikan hasil prakiraan musim yang tepat dan akurat berdasarkan data-data yang valid dan analisis yang handal," lanjut Dwikorita.

Pada kesempatan ini juga diselenggarakan kompetisi infografis kaleidoskop iklim 2019 dan kompetisi poster taman alat BMKG bagi UPT seluruh Indonesia. Kompetisi infografis kaleidoskop iklim 2020 diikuti oleh 35 peserta yang telah mengumpulkan karyanya. Sedangkan kompetisi poster taman alat BMKG diikuti oleh 29 peserta.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024