BMKG Gelar FGD Bahas Pengembangan Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak Sektor Infrastruktur

  • Ibrahim
  • 17 Feb 2020
BMKG Gelar FGD Bahas Pengembangan Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak Sektor Infrastruktur

Jakarta, (17/2) - Sebagai wujud untuk meningkatkan kualitas layanan informasi cuaca berbasis dampak, yang pada tahun ini berfokus pada sektor infrastruktur. BMKG menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk merancang sistem prakiraan cuaca berbasis dampak / Impact Based Forecast (IBF) pada bidang infrastruktur.

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta pada 17-19 Februari 2020 ini dibuka secara langsung oleh Deputi Bidang Meterorologi R. Mulyono R. Prabowo, M.Sc. dan juga dihadiri oleh perwakilan dari 29 Direktorat dan Pusat di Kementerian PUPR.

Dalam sambutannya, Prabowo menyampaikan bahwa risiko dampak cuaca ekstrem, iklim ekstrem, dan kejadian gempa bumi dan tsunami merupakan penyebab terbesar bencana yang merugikan, baik berupa kerugian ekonomi, kerusakan infrastruktur bahkan hingga risiko kematian. "Semua dampak tersebut dapat diantisipasi dengan sistem prakiraan dan peringatan dini yang tepat, salah satunya dengan produk informasi prakiraan berbasis dampak atau lebih dikenal dengan Impact Based Forecast (IBF)," tutur Prabowo.

Beliau juga mengungkapkan bahwa BMKG akan mengajak rekan - rekan dari Kementerian PUPR untuk membangun sistem prakiraan dan peringatan dini sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Kegiatan FGD dengan Kementerian PUPR kali ini merupakan tindak lanjut dari FGD yang telah dilaksanakan di Bogor pada 2019 lalu. Berbeda dengan agenda FGD 2019 lalu yaitu "Penyusunan Matriks Dampak", kali ini agenda FGD bertemakan "Penyusunan Matriks Respon dan Perencanaan Teknis Implementasi IBF".

Melalui sistem IBF sektor infrastruktur yang disematkan di platform BMKG Signature diharapkan bisa dimanfaatkan dengan tepat dan mudah oleh pihak Kementerian PUPR untuk mitigasi dan perencanaan di bidang infrastruktur. Selanjutnya BMKG akan terus berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk penyempurnaan dan pengembangan sistem IBF infrastruktur agar memperoleh informasi cuaca berbasis dampak yang cepat, tepat dan akurat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024