BMKG for Fiji Meteorological Service

  • Ayu Isrianti Putri
  • 20 Des 2018
BMKG for Fiji Meteorological Service

Fiji, November - BMKG berkesempatan untuk berkontribusi dalam peningkatan kapasitas SDM di Lembaga Meteorologi Fiji (Fiji Meteorological Service / FMS) dengan mengirimkan 2 (dua) perwakilan dari Bidang Meteorologi. Peningkatan kapasitas ini berupa pelatihan dalam pengolahan data-data model untuk prediksi cuaca numerik (NWP) yang diselenggarakan di Fiji pada tanggal 26 - 30 November 2018. Sebagaimana kita ketahui bahwa Kemajuan teknologi kini memudahkan para forecaster untuk membuat prakiraan cuaca. Salah satu teknologi yang digunakan yaitu Prediksi cuaca Numerik atau Numerical Weather Prediction, yang merupakan salah satu metode yang di gunakan dalam membuat prediksi cuaca di Indonesia (BMKG).

Sejalan dengan WMO yang sedang gencar membangun sistem prediksi numerik di Fiji Meteorological Service (FMS), beberapa waktu yang lalu Metode prediksi cuaca numerik saat ini menjadi salah satu data yang banyak digunakan sebagai referensi pembuatan prakiraan cuaca. Fiji Meteorological Service (FMS) merupakan salah satu institusi yang memiliki peran yang sangat penting di antara negara-negara Pasifik, maka FMS harus dapat menyediakan data-data NWP tersebut untuk dapat digunakan negara-negara sekitarnya.

Pelatihan yang bertema "NWP Training on Downloading NWP Data and Developing Value Added Product" ini difasilitasi oleh WMO dan dibiayai oleh pemerintah Kanada. BMKG ditunjuk oleh WMO untuk mengirimkan dua orang ahli yang bertugas memberikan pelatihan pengolahan data sekaligus membangun system yang komprehensif mulai dari tahap pengumpulan data, visualisasi, hingga diseminasi.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf FMS dalam pemanfaatan data NWP dan membangun system visualisasi data NWP menjadi peta-peta prakiraan unsur cuaca. Terdapat dua tahap dalam pengembangan sistem prediksi numerik di FMS, pada tahap awal adalah membiasakan forecaster FMS dengan data-data model, pengolahan, visualisasi, dan diseminasi. Pada tahap selanjutnya adalah membangun model milik FMS sendiri dan membangun sistem download data model sama sistem visualisasinya.

Pada tahap awal pelatihan ini, staf FMS yang merupakan peserta pelatihan diberikan informasi mengenai data-data NWP yang tersedia dan dapat digunakan secara bebas. Berikutnya, peserta diajak untuk membangun sistem download data NWP yang kemudian masuk ke penyimpanan data milik FMS. Pelatihan dan pengenalan peserta terkait software pengolahan data-data NWP yang bisa digunakan untuk menghasilkan peta-peta unsur cuaca dilakukan pada tahap berikutnya.

Setelah memiliki kemampuan untuk menggunakan program pengolahan data tersebut, peserta diminta untuk merancang sendiri layout peta yang menjadi layout resmi instansinya. Tahap akhir dari training ini adalah memastikan peta-peta tersebut dapat diproduksi secara otomatis dan rutin hingga tersedia di website FMS. Setelah training ini dilakukan, BMKG telah berhasil menyukseskan program pemerintah Kanada dalam membangun sistem prediksi numerik di FMS dan kini FMS telah menampilkan produk prakiraan cuaca numerik pada website http://www.met.gov.fj/.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024