BMKG: Ekspedisi Kelautan, Dukung Poros Maritim Dunia

  • Dwi Rini
  • 23 Mei 2018
BMKG: Ekspedisi Kelautan, Dukung Poros Maritim Dunia

Cirebon, (23/5). Indonesia merupakan negara maritim yang sangat luas, lebih dari dua per tiga wilayah Indonesia merupakan lautan. Kondisi ini banyak menyimpan potensi yang sangat besar yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, seperti yang kita ketahui pada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla melalui program nawacitanya ingin mewujudkan Indonesia sebagai"Poros Maritim Dunia". Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, tentunya diperlukan kerja keras dari berbagai pihak, baik pemerintah, akademisi, swasta, dan tentunya peran masyarakat.

Menyadari Kondisi ini, Indonesia melakukan kerjasama dengan Amerika untuk melakukan ekspedisi kelautan melalui program Indonesia Program Initiative on Maritime observation and Analysis (Indonesia PRIMA) 2018. Tahun ini, merupakan tahun ke-4 yang telah dilaksanakan sejak tiga tahun sebelumnya (2015, 2016, dan 2017) , seperti yang diutarakan Deputi Bidang Meteorologi, Prabowo Rahadi Mulyono, M. Si saat melepas tim ekspedisi Indonesia PRIMA di Cirebon.

Bagi Indonesia, Indonesia PRIMA merupakan salah satu dari 3 program utama yang menjadi prioritas agenda pembangunan kemaritiman, yakni "observasi laut". Kegiatan Indonesia PRIMA dimaksudkan sebagai bagian dari gagasan Pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Poros Maritim dunia.

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan observasi cuaca kelautan di Samudera Hindia, selain itu Indonesia PRIMA juga merupakan salah satu bentuk partisipasi BMKG dalam Global Ocean Observing System (GOOS).

Pada ekpedisi tahun ini, merupakan kerjasama antara BMKG-NOAA-dan didukung Puslitbang Geologi Kelautan, Balitbang Kementerian ESDM dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III, seperti yang diutarakan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan ESDM, Ir. Hedi Hidayat, M. Si mewakli Kepala Badan Litbang ESDM.

"Mereka akan melakukan pelayaran selama 3 minggu hingga pertengahan Juni 2018 pada 5 (lima) titik di Samudera Hindia dan Perairan Barat Sumatera hingga Teluk Benggala dan mengakhiri perlayaran di Pelabuhan Sibolga untuk menghasilkan data pengamatan RAMA Buoy yang real-time dan akurat. Tim akan mengawali perjalanan dari Pelabuhan Cirebon,"imbuh Prabowo.

Tim Ekspedisi kali ini akan melibatkan 17 peserta dari BMKG, Taruna dan Dosen Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG), Universitas Sriwijaya, dan dari NOAA. Mereka akan melakukan pengamatan data-data meteorologi maritim, atmosfer, oceanografi, dan pengamatan marine-geofisika, seperti salah satunya pengamatan cuaca setiap jam selama rute pelayaran.

Ketersediaan data di Samudera Hindia sangat penting untuk prediksi iklim secara global, karena seperti yang kita ketahui bahwa Samudera Hindia memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pola cuaca dan iklim skala regional maupun global.

"Sementara itu, Data-data pengataman Bouy-RAMA nantinya akan terintegrasi portal MIDAS (Maritime Integrated Data System), sebuah portal yang dimaksudkan untuk rumah data bagi seluruh kegiatan yang terkait dengan kelautan secara real time,"tambah Prabowo.

Kegiatan ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi pemahaman kita terhadap cuaca dan iklim serta pemahaman terhadap sektor kemaritiman negara Indonesia di massa depan.

Selain itu, kegiatan ini pun merupakan tindakan konkrit dari Kementerian/Lembaga serta masyarakat dalam mendorong pembangunan kemaritiman, menegaskan jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024