BMKG Dukung Poros Maritim dengan Observasi Laut Melalui Kegiatan Indonesia Prima

  • Petugas Web
  • 23 Feb 2016
BMKG Dukung Poros Maritim dengan Observasi Laut Melalui Kegiatan Indonesia Prima

Jakarta, (17/2). Hari Ini di Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Muara Baru, Dermaga Barat, Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya dengan didampingi Deputi Bidang Klimatologi, Prabowo Rahadi Mulyono, M.Sc; Deputi Bidang Inskal Jarkom, Drs. Untung Merdjianto, M. Si; Deputi Kepala Bidang teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, Ir. Yudi Anantasena, M.Sc serta disaksikan Chief Of ESTH Unit US Embassy, Jai L. Nair melepas peserta kegiatan pelayaran Indonesia Program initiative on Maritime Observation and Analysis (Ina-Prima) yang merupakan salah satu dari 3 program utama yang menjadi prioritas agenda pembangunan kemaritiman yakni `observasi laut`. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut penandatanganan antara Indonesia dengan Amerika terkait kelautan terutama untuk science dan teknologi.

Pada kegiatan yang merupakan hasil kerjasama dan koordinasi dengan BPPT dan didukung oleh Nasional Ocean and Atsmopheric Administration (NOAA) -USA ini akan melakukan pelayaran selama 30 hari mulai tanggal 17 Februari hingga 17 Maret 2016. Kegiatan pelayaran ini akan dilaksanakan dua sesi, yaitu:(Jakarta-Banda Aceh dan Banda Aceh-Jakarta).

Pada kegiatan pelayaran Indonesia Prima tahun ini berbeda dengan tahun 2015, pada 2016 kegiatan ini melibatkan partisipasi dosen/mahasiswa jurusan Oceanografi untuk mengikuti kegiatan pelayaran selama 30 hari dengan melakukan penelitian di bidang oseanografi selama masa layar.

Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan perawatan terhadap 5 bouy Rama/ Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction yang ada di samudera Hindia. Perawatan ini dilakukan untuk mendukung tersedianya data observasi laut yang kontinu selanjutnya dapat digunakan untuk mendukung peningkatan informasi cuaca dan oseanografi.

Selain itu, pada sepanjang pelayaran ini pun dilakukan pengamatan parameter cuaca dan unsur kelautan sehingga data yang didapat digunakan sebagai referensi validasi model prakiran cuaca iklim kelautan. Persiapan berlayar ini dilaksanakan sejak tahun 2015 melalui penyelenggaraan kegiatan Indonesia PRIMA (Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) yang diikuti oleh peneliti dari BMKG dan BPPT.

Dalam sambutannya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng mengutarakan bahwa informasi maritim sangat dibutuhkan untuk sektor pariwisata, perikanan, dan transportasi laut. Andi Eka mengharapkan bahwa kegiatan ini dapat berjalan berkesinambungan dan lancar untuk mewujudkan layanan informasi cuaca dan iklim maritim yang cepat dan akurat bagi pengguna.

Kedepannya Indonesia dalam hal ini BMKG harus bisa lebih banyak berkontribusi, terutama dalam melakukan ekspansi observasi laut daripada observasi darat. Selain itu, Indonesia memiliki tuntutan yang besar untuk menyediakan informasi cuaca dan iklim maritim karena Indonesia merupakan negara yang paling besar di kawasan ASEAN.

Menurutnya, kerjasama dan koordinasi harus ditingkatkan lagi karena dalam melakukan observasi kita masih memiliki keterbatasan khususnya dalam peralatan untuk mengamati fenomena yang terjadi di Samudera Hindia.

`BMKG terlalu kecil untuk bisa melakukan segala tugas yang berkaitan dengan kelautan, maka dari itu kita harus bersinergi dan melakukan koordinasi dengan lembaga lain baik yang berada didalam negeri maupun luar negeri karena dibutuhkan peralatan dan teknologi yang canggih`, tutur Kepala BMKG.

Rangkaian kegiatan ini merupakan program penelitian dan sekaligus menjadi `batu-tapak` kontribusi Indonesia terhadap pemahaman dinamika iklim secara global. Posisi strategis geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan perubahannya. Langkah kebijakan ini juga menjadi bagian dari keberpihakan BMKG dalam bidang penelitian dalam mendukung upaya peningkatan pelayanan meteorologi, klimatologi dan geofisika, serta peningkatan SDM Indonesia.

Acara dihadiri oleh perwakilan unsur Bakamla RI, Kementerian Perhubungan RI, Dishidros TNI-AL, dan para mitra kerja BMKG terkait lainnya yang turut mendukung dan memiliki peran serta pada kegiatan tersebut.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024