BMKG dan Universitas Indonesia Perkuat Kerjasama

  • Rachmat Hidayat
  • 04 Jul 2017
BMKG dan Universitas Indonesia Perkuat Kerjasama

Depok - Selasa (4/7), Bertempat di Gedung B 101 FMIPA Universitas Indonesia dilakukan pelaksanaan Penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (MOU) antara BMKG dengan Universitas Indonesia (UI), tentang Pemanfataan Sarana dan Prasarana, Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penandatangan Perjanjian Kerjasama antara STMKG dengan UI tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Tujuan dari Nota Kesepakatan bersama (MoU) adalah untuk meningkatkan sinergi dalam mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan informasi MKG serta untuk mendukung pembangunan nasional dan meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing sesuai kewenangannya.

Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng bersama Rektor Universitas Indonesia Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met menandatangani Nota Kesepakatan Bersama (MOU) dan dillanjutkan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama oleh Ketua STMKG Dr. Suko Prayitno Adi, M.Si dengan Dekan Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc.

Ruang lingkup Nota Kesepakatan Bersama meliputi penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi SDM (pendidikan) yang terkait dengan data dan informasi MKG; Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang MKG; Penyediaan, pemanfaatan dan penyebarluasan data dan informasi MKG; Kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana; Pembangunan infrastruktur terkait informasi MKG; dan Kegiatan lain yang dipandang perlu dan disetujui oleh masing-masing pihak.

sedangkan, ruang lingkup Kerjasama meliputi penyelenggaraan kegiatan dalam bidang pendidikan berupa peningkatan kualifikasi pendidikan, menyediakan tenaga dosen atau narasumber dibidang Sains dan teknologi antara lain MKG dan Instrumentasi MKG; Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat dibidang sains dan teknologi antara lain MKG dan Instrumenstasi MKG; Pemanfaatan sarana dan prasarana Tri Dharma Perguruan Tinggi; Kegiatan pertemuan ilmiah berkala seperti workshop, seminar dan bentuk pertemuan ilmiah lainnya; dan Penerbitan majalah dan jurnal berkala dibidang sains dan teknologi antara lain MKG dan Instrumentasi MKG.

Acara penandatangan MOU dan Kerjasama di saksikan oleh para Dosen Universitas Indonesia, Dosen STMKG, Taruna dan Taruni STMKG serta Mahasiswa / mahasiswi UI yang juga bertepatan dengan Halal Bi Halal FMIPA UI (1 Syawal 1438 H). Penandatangan Mou dilakukan dalam rangka memperkuat kerja sama yang telah berjalan antara BMKG dan UI.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024