BMKG Corporate University Lakukan Workshop Modul dan Pedoman Penyelanggaraan Pelatihan Teknis

  • Dwi Herlambang Ade Putra
  • 19 Feb 2024
BMKG Corporate University Lakukan Workshop Modul dan Pedoman Penyelanggaraan Pelatihan Teknis

Bogor, 19 Februari 2024. Perkembangan teknologi dan dimanika pasar yang melaju dengan cepatnya menuntut setiap organisasi untuk mampu mengembangkan sumberdaya manusia agar lebih terampil dan berbekal pengetahuan yang relevan. Oleh karenanya, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui BMKG Corporate University mencoba mengambil peran penting dengan menggelar workshop modul dan pedoman penyelanggaran pelatihan teknis.

Tidak hanya itu juga bertanggung jawab untuk merancang dan menyusun modul pelatihan yang efektif dan relevan. Modul berbasis corporate university merupakan pondasi dari program pembelajaran yang sukses. Modul ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik organisasi, kultur organisasi, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pegawai.

Penyusunan modul pelatihan kerja yang efektif melibatkan serangkaian langkah penting. Dengan memperhatikan tujuan pelatihan, kebutuhan peserta, metode pembelajaran, desain materi, dan evaluasi berkesinambungan, organisasi dapat menghasilkan modul pelatihan yang memberikan manfaat nyata bagi peserta.

Dengan mengintegrasikan faktor-faktor seperti kolaborasi dengan para ahli (narasumber), adaptasi dengan perkembangan terkini, dan pendekatan yang interaktif, modul pelatihan dan pedoman penyelenggaraan pelatihan dapat menjadi alat yang efektif untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan kinerja peserta di tempat kerja.

Dalam rangka mencapai kesuksesan dalam pelatihan kerja, penyusunan modul serta pedoman penyelenggaraan pelatihan yang baik sangatlah penting. Dengan mengikuti langkah-langkah seperti menentukan tujuan, mengidentifikasi kebutuhan, merancang struktur, memilih metode pembelajaran yang tepat, mengembangkan materi pembelajaran yang relevan, mendesain aktivitas pembelajaran, menyediakan evaluasi dan umpan balik, melakukan uji coba dan revisi, merancang visual yang menarik, serta mempertimbangkan keterjangkauan dan aksesibilitas, modul pelatihan kerja dapat menjadi alat yang efektif untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan peserta pelatihan.

Sebelum workshop dilaksanakan, diadakan beberapa kegiatan sebagai pra pelaksanaan. Beberapa kegiatan itu meliputi perencanaan pelaksanaan kegiatan yang di dalamnya ada aktivitas pembentukan tim pelaksanaan kegiatan, koordinasi dengan mitra pembelajar yang sebelumnya sudah mengikuti dan mengerjakan kurikulum pelatihan di 2023, penentuan jumlah peserta, penentuan tempat kegiatan, administrasi persuratan, dan persiapan materi workshop. Kegiatan pra workshop ini didahului oleh analisis berdasarkan kebutuhan dan kepentingan yang didasari pengkajian pada data pelatihan yang akan diselenggarakan di 2024.

Adapun tujuannya pelaksanaan workshop ini adalah untuk menyusun modul dan pedoman penyelenggaraan pelatihan teknis tahun 2024 sebagai kelengkapan dokumen pelatihan dan akreditasi Pusdiklat. Workshop penyusunan modul dan pedoman penyelenggara pelatihan tahun 2024diselenggarakan dari tanggal 15-18 Februari 2024 di Hotel Mirah, Bogor. Sebanyak 40 peserta yang berasaldari Pusdiklat dan Kedeputian Teknis MKI ambil bagian dalam kegiatan kali ini.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024