BMKG Berikan Edukasi Kepada Petani Cabai tentang Adaptasi dan Perubahan Iklim

  • Kholis Nur Cahyo
  • 19 Mar 2023
BMKG Berikan Edukasi Kepada Petani Cabai tentang Adaptasi dan Perubahan Iklim

Magelang (18 Maret 2023) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati hadir membuka kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional Provinsi Jawa Tengah yang diadakan di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Menurut Dwikorita, sektor pertanian erat hubungannya dengan keadaan cuaca dan iklim. Dampak buruk kejadian ekstrim cuaca/iklim membuat petani yang menjadi sasaran SLI, dinilai perlu beradaptasi untuk terus meningkatkan kuantitas produk pertaniannya dan mampu terhindar dari kondisi gagal panen.

Acara ini juga dihadiri oleh Sudjadi selaku Anggota Komisi V DPR RI, Bupati Magelang yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian, Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan, Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Ciputat Hartanto, KUPT BMKG Se Jawa Tengah dan DIY, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Magelang, Camat, Kapolsek, Danramil, dan Koordinator Penyuluh Petani Lapang (PPL) Kecamatan Salam.

Lebih lanjut Dwikorita menyampaikan bahwa bentuk adaptasi BMKG adalah berupaya meningkatkan literasi dan pemahaman informasi iklim bagi petani dan penyuluh pertanian lapang. Selain itu, kerjasama yang terjalin antara BMKG dengan stakeholder pertanian, penyuluh, dan petani dapat memahami dan mengimplementasikan materi yang diberikan.

"BMKG terus mengawal pemanfaatan dari edukasi Sekolah Lapang Iklim di sektor pertanian selama satu musim tanam pada komoditas tertentu dan berbasis kebutuhan riil informasi iklim pada sektor pertanian. Peningkatan produksi panen pada komoditas pertanian di desa Jumoyo yakni cabai menjadi salah satu tujuan dari diadakannya Sekolah Lapang Iklim," ungkap Dwikorita.

Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menambahkan bahwa kegiatan SLI di Balai Desa Jumoyo, Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari Penyuluh Petani Lapang (PPL) dan petani tanaman Cabai. Kegiatan SLI Operasional ini merupakan kegiatan SLI Operasional yang kedua yang diselenggarakan oleh Stasiun Klimatologi Semarang pada tahun ini.

Kegiatan yang sudah berlangsung sejak 2018 telah tiga kali membina petani mulai dari komoditas padi varietas methik susu di Pekunden dengan rata-rata hasil panen raya 6,7 ton/hektar. Tahun 2020 dengan komoditas tomat menghasilkan kenaikan 3-4 kg/pohon lebih besar. Baru-baru ini, tahun 2022 dengan komoditas daun bawang (onclang) hasil sebesar 61, 76 Ton / Hektar dengan usia tanaman sekitar 90 - 100 hari. Hasil tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan hasil panen normal dalam kondisi cuaca/iklim terdampak anomali iklim La Nina dengan intensitas lemah dengan melihat mulai tanam pada akhir bulan Maret (30 Maret 2022).

"BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah kabupaten dan kota Magelang bulan April - Juni 2023 berada kategori rendah (51-100 mm) hingga menengah (151-300 mm). Sedangkan musim kemarau umumnya diprakirakan maju dua dasarian (lebih cepat dari normalnya) terjadi bulan agustus 2023. Kecuali wilayah Secang dan Grabag puncak musim kemarau terjadi pada Juli 2023. Petani dan penyuluh pertanian yang mengikuti SLI Operasional dapat beradaptasi terhadap perubahan cuaca dan iklim yang terjadi sehingga dapat meningkatkan produktivitas petani," pungkas Dwikorita.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024