BMKG Ajak BPBD dan Perguruan Tinggi Gencarkan Edukasi Risiko Gempabumi dan Tsunami

  • Hatif Thirafi
  • 17 Mar 2022
BMKG Ajak BPBD dan Perguruan Tinggi Gencarkan Edukasi Risiko Gempabumi dan Tsunami

Jakarta - Menuju peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-72, Kedeputian Bidang Geofisika BMKG menggelar Sosialisasi Mitigasi Gempabumi dan Tsunami untuk Daerah Risiko Tinggi, yg dilaksanakan secara daring, Rabu (16/3).

Hari Meteorologi Dunia ke-72 yang jatuh pada tanggal 23 Maret tahun ini mengangkat tema "Early Warning and Early Action" atau "Peringatan Dini dan Aksi Dini" mendorong BMKG mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih dini melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana. Tidak hanya bencana hidrometeorologi, tetapi juga ancaman terhadap kejadian gempabumi dan tsunami.

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Suko Prayitno Adi kembali mengingatkan arahan Presiden Joko Widodo pada Rakorbangnas BMKG tahun 2021 yang menyoroti dua hal, yakni pentingnya peningkatan kapasitas manajemen penanggulangan dan adaptasi bencana, terutama di tingkat daerah dari tingkat kelurahan, desa, hingga provinsi secara terus menerus; serta perlu adanya edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat, terutama masyarakat di wilayah rawan bencana.

"Banyak dari kita belum memahami langkah-langkah antisipatif menghadapi gempabumi serta respon cepat saat gempabumi atau tsunami terjadi. Bahkan, lebih dari itu masih banyak dari masyarakat kita yang belum memiliki kesadaran sehingga bersikap tidak peduli dan mudah terpengaruh oleh hoax yang seringkali muncul di media sosial," ungkap Suko.

Berkaca dari banyaknya masyarakat yang terdampak peristiwa gempabumi dan tsunami, mantan Ketua Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ini juga mengajak Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Perguruan Tinggi menjadi agen perubahan yang menggaungkan kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap gempabumi dan tsunami.

"BPBD adalah lembaga strategis yang memiliki peran kunci dalam upaya meningkatkan kesadaran, dan kesiapan mitigasi gempabumi dan tsunami, baik dalam kebijakan, maupun dalam praktik lapangan bersama masyarakat. Disisi lain, penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi perlu memberikan hasil yang dapat membantu upaya mitigasi gempabumi dan tsunami. Perguruan tinggi seyogyanya memberi kontribusi dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi gempabumi dan tsunami," lanjutnya.

Terakhir, Suko mengajak untuk terus menggalakkan edukasi bagi masyarakat di wilayah risiko tinggi gempabumi dan tsunami untuk membentuk kesadaran, kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap ancaman bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Kegiatan sosialisasi ini menghadirkan narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, peneliti kebencanaan dari perguruan tinggi, serta diikuti oleh BPBD kabupaten/kota di wilayah risiko tinggi gempabumi dan tsunami.

 

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024